KOMPAS.com - Sebagai program penting yang mendorong transisi energi, hilirisasi nikel berpeluang besar menciptakan green jobs. Namun, peluang ternyata belum jadi kenyataan.
"Dalam hilirisasi ini, masih banyak hal yang belum terpenuhi untuk dapat dikatakan Green Jobs," kata Ridwan Arif, Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia.
Kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2025), dia mengatakan green jobs tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga bertujuan lingkungan, sosial, dan keselamatan.
Hilirisasi nikel diklaim bisa meningkatkan pendapatan ekonomi nasional sebesar 21,2 hingga 21,6 persen serta menciptakan lapangan kerja 13,83 juta dalam 10 tahun.
Namun, klaim kesejahteraan itu hingga kini belum bisa dibuktikan. Malah, kemiskinan di Konawe dan Halmahera sebagai salah satu lokasi tambang meningkat.
Dalam sudut pandang lingkungan, hilirisasi justru mendorong deforestasi dan pembukaan pembangkit listrik batubara (PLTU) baru.
Dari kapasitas 18 gigawatt (GW) pembangunan PLTU yang direncanakan pemerintah, 13 GW untuk mendukung industri nikel.
Baca juga: WEF: 47 Persen Bisnis Pikirkan Iklim, Green Jobs Bakal Tumbuh Pesat
Dari sisi keamanan kerja dan inklusivitas, hilirisasi nikel masih bermasalah, terlihat dari tragedi kecelakaan yang terjadi di beberapa lokasi industri.
Hilirisasi nikel perlu dikelola lebih baik sehingga bisa menciptakan green jobs yang sebenarnya sekaligus menunjang kesejahteraan.
Salah satunya adalah mendorong pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan untuk menyuplai kebutuhan smelter nikel.
Reza Rahmaditio, Critical Minerals Transition Project Lead WRI Indonesia, mengatakan bahwa dengan cara itu, hilirisasi bisa menciptakan spill over effect.
"Kebutuhan energi yang besar smelter apabila digantikan dengan energi baru terbarukan tentu akan menciptakan Green Jobs tidak hanya di smelter itu sendiri," katanya.
Elly Rosita Silaban, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Indonesia, mengungkapkan bahwa pengembangan green jobs perlu fokus pada pekerja.
Menurutnya, pekerja saat ini belum banyak yang memahami dan di beberapa sektor, pekerja belum bisa bertransisi.
Ia mengusulkan adanya “Perlindungan hak dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan, pengembangan ekosistem tenaga kerja, advokasi dan dialog sosial, serta perlindungan sosial dan intensif.”
Baca juga: Green Jobs Jadi Kunci Transisi Energi di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya