Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Kompas.com - 22/01/2025, 18:41 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai program penting yang mendorong transisi energi, hilirisasi nikel berpeluang besar menciptakan green jobs. Namun, peluang ternyata belum jadi kenyataan. 

"Dalam hilirisasi ini, masih banyak hal yang belum terpenuhi untuk dapat dikatakan Green Jobs," kata Ridwan Arif, Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia.

Kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2025), dia mengatakan green jobs tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga bertujuan lingkungan, sosial, dan keselamatan.

Hilirisasi nikel diklaim bisa meningkatkan pendapatan ekonomi nasional sebesar 21,2 hingga 21,6 persen serta menciptakan lapangan kerja 13,83 juta dalam 10 tahun.

Namun, klaim kesejahteraan itu hingga kini belum bisa dibuktikan. Malah, kemiskinan di Konawe dan Halmahera sebagai salah satu lokasi tambang meningkat.

Dalam sudut pandang lingkungan, hilirisasi justru mendorong deforestasi dan pembukaan pembangkit listrik batubara (PLTU) baru. 

Dari kapasitas 18 gigawatt (GW) pembangunan PLTU yang direncanakan pemerintah, 13 GW untuk mendukung industri nikel. 

Baca juga: WEF: 47 Persen Bisnis Pikirkan Iklim, Green Jobs Bakal Tumbuh Pesat

Dari sisi keamanan kerja dan inklusivitas, hilirisasi nikel masih bermasalah, terlihat dari tragedi kecelakaan yang terjadi di beberapa lokasi industri.

Hilirisasi nikel perlu dikelola lebih baik sehingga bisa menciptakan green jobs yang sebenarnya sekaligus menunjang kesejahteraan.

Salah satunya adalah mendorong pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan untuk menyuplai kebutuhan smelter nikel.

Reza Rahmaditio, Critical Minerals Transition Project Lead WRI Indonesia, mengatakan bahwa dengan cara itu, hilirisasi bisa menciptakan spill over effect

"Kebutuhan energi yang besar smelter apabila digantikan dengan energi baru terbarukan tentu akan menciptakan Green Jobs tidak hanya di smelter itu sendiri," katanya.

Elly Rosita Silaban, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Indonesia, mengungkapkan bahwa pengembangan green jobs perlu fokus pada pekerja.

Menurutnya, pekerja saat ini belum banyak yang memahami dan di beberapa sektor, pekerja belum bisa bertransisi.

Ia mengusulkan adanya “Perlindungan hak dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan, pengembangan ekosistem tenaga kerja, advokasi dan dialog sosial, serta perlindungan sosial dan intensif.”

Baca juga: Green Jobs Jadi Kunci Transisi Energi di Indonesia

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Swasta
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Pemerintah
Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

BrandzView
China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

Pemerintah
Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Swasta
100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

LSM/Figur
Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Pemerintah
Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau