Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Usaha Bambu Lestari dari Orang Flores

Kompas.com - 29/01/2025, 19:32 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Oleh Budiyanto Dwi Prasetyo*

KOMPAS.com - Indonesia merupakan rumah bagi 157 jenis (varietas) bambu yang tersebar di berbagai pulau Nusantara. Jumlah itu berporsi lebih dari 10 persen dari total jenis bambu yang ada di dunia.

Bambu pun tak lepas dari keseharian masyarakat. Sejak dulu, bambu dijadikan bahan baku infrastruktur skala rumah tangga seperti rumah, kandang, dan bangunan-bangunan simbol adat.

Penelitian saya di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menemukan, budi daya bambu juga bisa menjadi salah satu usaha yang menguntungkan bagi masyarakat setempat.

Sejak hampir satu dekade lalu, mereka membudidayakan bambu secara berkelanjutan dengan metode hutan bambu lestari (HBL)—sistem penanaman hingga pemanenan bambu yang ramah lingkungan. Masyarakat Flores kemudian menyuplai hasilnya ke industri laminasi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan modern.

Budi daya ini menciptakan manfaat lingkungan seperti pencegahan erosi dan penyerapan polusi di tanah, air, dan udara.

Menariknya, bambu yang dipanen warga setempat merupakan bambu rakyat. Bambu tersebut tumbuh di tanah-tanah milik perorangan ataupun milik suku tertentu secara komunal.

Flores menjadi salah satu bukti bagaimana pengelolaan bambu berbasis warga bisa menguntungkan sekaligus ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ini merupakan peluang bagi warga daerah lainnya untuk menerapkan praktik serupa, terutama di sentra produksi bambu lainnya seperti Jawa, Sumatra, dan daerah lainnya di Bali maupun Nusa Tenggara.

Bambu lestari ala Flores

Pembudi daya bambu perlu memikirkan urusan keberlanjutan suplai agar bisa masuk ke dalam rantai pasar. Intinya, bambu dapat dipanen secara periodik dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Namun, keberlanjutan ini berpotensi tak tercapai apabila bambu dieksploitasi secara berlebihan. Misalnya panen bambu dilakukan melalui praktik asal tebang atau penanaman serta pemeliharaan yang tidak tepat. Bambu bisa mati bahkan punah.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Semen Berkelanjutan, Seperti Apa?

Di Kabupaten Ngada, Flores, masyarakat berupaya menjawab tantangan tersebut dengan menerapkan metode Hutan Bambu Lestari (HBL) dalam budi daya bambu betung (Dendrocalamus asper).

Metode ini dikenalkan sejak 2016 oleh Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), sebuah organisasi nirlaba berbasis di Bali dan Flores. Selain mengenalkan metode lestari, mereka juga memastikan semua bambu betung yang dipasok ke industri sudah memenuhi syarat dan kriteria dalam HBL.

Metode ini terdiri dari empat proses utama yakni survei, pemberian kode, penimbunan, dan pemanenan lestari.

Tahap proses survei bertujuan untuk memetakan areal hutan bambu untuk penerapan HBL. Ini termasuk sosialisasi kepada pemilik bambu bahwa rumpun-rumpun bambunya potensial untuk dikelola secara HBL.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau