Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Usaha Bambu Lestari dari Orang Flores

Kompas.com, 29 Januari 2025, 19:32 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Proses pemberian kode dilakukan setelah luasan area hutan bambu sasaran dipetakan. Tujuannya untuk menghitung jumlah rumpun yang ada di dalam areal HBL termasuk jumlah batang tiap rumpun dan umur tiap batang bambu. Di tiap batang bambu dituliskan tanda berupa nama pemilik, tahun tebang, dan nomor rumpun.

Adapun, proses pengkodean sangat penting sebagai data dasar bagi pemilik bambu untuk menunjukkan jumlah rumpun bambu yang mereka miliki. Ini termasuk jumlah batang yang akan dipanen setiap tahun hingga empat tahun ke depan.

Setelah pemberian kode, beralih ke tahap penimbunan yang berhubungan dengan pemeliharaan untuk memberikan perlakuan agar rumpun bambu tumbuh sehat dan subur. Akar rimpang pada setiap rumpun bambu ditimbun menggunakan tanah yang berada tujuh meter dari akar rimpang. Penimbunan juga bisa dilakukan di tanah yang berada tepat di bawah ujung tutupan daun bambu (kanopi).

Sementara itu, panen lestari dilakukan melalui penebangan bambu sesuai umur (empat - lima tahun) dan secara periodik. Tujuannya adalah untuk memberikan waktu jeda bagi tiap rumpun bambu untuk melakukan regenerasi. Rumpun-rumpun yang batang bambunya ditebang sesuai umur akan semakin sehat sehingga panennya berkualitas.

Baca juga: Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Selain itu, dalam satu rumpun bambu sehat biasanya terdiri dari enam keluarga rimpang. Tiap keluarga rimpang punya enam batang bambu yang terdiri dari buyut, nenek, ibu, anak, cucu, dan bayi (rebung). Jika sebuah rumpun bambu punya lebih dari 36 batang atau kurang dari 36 batang maka itu disebut rumpun tak sehat.

Mengukuhkan bambu rakyat

Metode HBL di Ngada memang bermanfaat secara ekologis. Namun, berdasarkan pengamatan saya, metode yang diterapkan YBLL ternyata memerlukan ongkos untuk membayar buruh-buruh HBL. Di sisi lain, pemilik bambu hanya menerima uang hasil penjualan bambu dan menyaksikan bambu-bambu di tanah-tanah miliknya dikelola para buruh HBL.

Ongkos buruh tersebut sebenarnya bisa dialihkan ke petani pemilik bambu apabila mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan metode HBL. Harapannya, warga bisa mengelola bambu di lahan sendiri dan menerima pendapatan yang lebih banyak dari keringat mereka sendiri.

Proyek saya pada 2022 bersama masyarakat adat Sao Neguwula di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, NTT telah menjadi bukti bagaimana transfer pengetahuan dapat menguntungkan komunitas adat pemilik hutan bambu betung.

Di titik ini, secara sosial, bambu telah menyatukan keluarga-keluarga yang terhimpun dalam rumah adat atau sao. Sao merupakan unit terkecil kedua (extended family) setelah keluarga inti (nuclear family) dalam struktur masyarakat adat Ngada. Bambu juga memperkuat modal sosial berupa kepercayaan dan kerekatan sosial.

Setelah menerapkan metode HBL secara langsung, pendapatan mereka dari bambu naik dari Rp20 ribu menjadi Rp50 ribu per batang. Ini terjadi karena komponen upah buruh HBL dialihkan kepada harga bambu yang dikelola petani pemilik bambu. Dalam satu kali panen di satu hutan bambu, petani yang juga pemilik bambu bisa menyuplai 500-800 batang bambu.

Keuntungan lainnya dari metode HBL yang diterapkan petani bambu adalah kepemilikan data mendetail tentang luasan area HBL, jumlah rumpun, hingga jumlah batang dan umur bambu di tanah sao.

Data bambu penting bagi petani pemilik bambu. Selain untuk memastikan luasan HBL milik mereka, data juga bermanfaat untuk estimasi biaya dan tenaga perawatan, perlakuan penimbunan, serta perkiraan jumlah batang yang akan dipanen setiap tahun.

Sebelumnya, data itu ada di tangan buruh-buruh HBL. Para petani pemilik bambu tidak memiliki data tersebut.

Modal untuk infrastruktur hijau

Penerapan HBL telah memberikan proyeksi ke depan tentang jaminan keberlangsungan ekosistem bambu yang merupakan hulu infrastruktur hijau. Termasuk di dalamnya jaminan akan keberlangsungan jasa lingkungan yang diuntungkan dari keberadaan bambu, seperti air, iklim mikro, dan pencegah erosi.

Selain itu, bambu dengan metode HBL dapat menjaga nilai ekonomi melalui ketersediaan pasokan bambu bagi industri pengolahan bambu modern sekaligus nilai sosial budaya yang lekat dengan bambu.

Dapat dirasakan jelas bahwa bambu dapat menjadi sumber daya yang cocok bagi pembangunan berbasis rakyat yang menerapkan konsep infrastruktur hijau nan ramah Bumi.

Baca juga: Generasi Muda Kehilangan Minat pada Investasi Berkelanjutan

*Peneliti Sosiologi Lingkungan pada Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Pemerintah
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Pemerintah
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
Pemerintah
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Pemerintah
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Pemerintah
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
LSM/Figur
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
Pemerintah
Hidrogen Berperan dalam Pemanasan Global Menurut Penelitian Terbaru
Hidrogen Berperan dalam Pemanasan Global Menurut Penelitian Terbaru
LSM/Figur
ESG Disebut Jadi Prioritas di Pasar Modal Indonesia, Bukan Sekadar Laporan Perusahaan
ESG Disebut Jadi Prioritas di Pasar Modal Indonesia, Bukan Sekadar Laporan Perusahaan
BUMN
Anomali Iklim di Indonesia Bikin Badai Tropis Makin Sering, Ini Penjelasan BRIN
Anomali Iklim di Indonesia Bikin Badai Tropis Makin Sering, Ini Penjelasan BRIN
Pemerintah
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
BrandzView
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa lewat Inovasi dan Design Thinking
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa lewat Inovasi dan Design Thinking
Pemerintah
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Pemerintah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Swasta
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau