JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan sederet komitmen RI mempercepat transisi energi.
Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, usai meluncurkan Indonesia Energy Transition Facility (IETF) bersama Agence Francaise de Developpement (AFD).
Dadan mengungkapkan, program prioritas yang tengah dilakukan mencakup hilirisasi mineral dan batu bara, peningkatan lifting minyak dan gas bumi, penerapan biodiesel 40 persen, hingga penyediaan gas untuk industri dalam negeri.
Baca juga:
Ia memastikan, setiap program tetap berpacu pada target pengurangan emisi gas rumah kaca.
"Pada tahun 2024, realisasi penurunan emisi gas rumah kaca (Indonesia) sektor energi mencapai 147,61 juta ton CO2 ekuivalen, melampaui target yang kami tetapkan sebesar 142 juta ton," kata Dadan dalam keterangan tertulis, Kamis (6/2/2025).
"Jadi kita masih on the track pada pengurangan emisi," imbuh dia.
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan tenaga kelistrikan pada 2025-2034 mencapai kapasitas 71 gigawatt (GW).
Hal ini, ucap Dadan, sejalan dengan komitmen global dalam menurunkan emisi sekaligus meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.
Pihaknya menilai, teknologi Indonesia berpotensi besar menerapkan teknologi carbon, capture, storage (CCS) yang mampu menyimpan 500 gigaton CO2.
"Kami sudah meluncurkan regulasi untuk hal ini, kami sudah punya kebijakan, skema, dan mekanisme bagaimana bekerja sama untuk memanfaatkan potensi storage untuk CO2," kata Dadan.
Dadan mengakui, upaya transisi energi memiliki banyak tantangan. Oleh seban itu, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk AFD. Program IETF merupakan bagian dari perjanjian hibah langsung senilai 3 juta euro.
"Diharapkan kolaborasi ini dapat mempercepat transformasi Indonesia menuju sistem energi yang lebih hijau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan," jelas dia.
Baca juga:
Di samping itu, PT PLN (Persero) dan AFD turut bekerja sama melalui perjanjian Joint Initiative of Energy Transition Cooperation in Indonesia.
Perjanjian tersebut meliputi penempatan energy technical advisor oleh AFD di lingkungan Kementerian ESDM, reformasi kebijakan dalam skema policy based loan affordable and sustainable energy transition (PBL ASET), pengembangan hidrogen hijau, dan kebijakan produksi bioenergi berkelanjutan.
"Dengan adanya kemitraan ini, diharapkan kerja sama makin erat dalam berbagai inisiatif. Termasuk investasi pada energi terbarukan, efisiensi energi, serta penguatan kebijakan yang mendukung terciptanya sistem energi yang lebih hijau dan berkelanjutan," papar Dadan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya