KOMPAS.com - Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) merupakan kerangka kerja global terkemuka untuk mencapai kemajuan manusia, kemakmuran ekonomi, dan kesehatan planet.
Kerangka kerja ini menekankan isu-isu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan untuk semua, kesetaraan gender, nol kelaparan, adopsi energi bersih dan terbarukan, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Namun, studi global baru-baru ini menemukan bahwa ada kesenjangan kemajuan negara-negara dalam mencapai SDGs.
Itu terungkap setelah peneliti mendapatkan wawasan bagaimana upaya 166 negara dalam mencapai SDGs selama dua dekade terakhir.
Baca juga:
Dikutip dari Phys, Jumat (7/2/2025) dengan menerapkan analisis jaringan dan metodologi, peneliti menunjukkan negara-negara memang melangkah maju menuju pembangunan berkelanjutan.
Namun, data juga menunjukkan bahwa prioritas nasional bergeser dari waktu ke waktu seiring membaiknya kondisi sosial ekonomi secara keseluruhan.
Studi menyebut negara-negara mengubah arah dan mengejar tujuan berbeda.
"Dalam prosesnya, kami menemukan pergeseran prioritas nasional selama 20 tahun terakhir serta area yang terus menerus diabaikan kelompok negara tertentu dan membutuhkan tindakan terarah segera," ungkap kata Dr. Asaf Tzachor dari Sekolah Keberlanjutan Universitas Reichman di Israel.
Kesenjangan yang ditemukan peneliti terutama terkait dengan kualitas lingkungan, emisi karbon, hilangnya keanekaragaman hayati, atau dampak kekurangan gizi.
Area tersebut mendesak dan memerlukan tindakan terarah.
Indikator pengabaian tersebut misalnya terjadi pada negara-negara seperti Ethiopia dan India yang perlu fokus pada sanitasi dasar dan keanekaragaman hayati.
Sementara itu, negara-negara seperti China dan Amerika Serikat menghadapi tantangan terkait emisi gas rumah kaca, dan kekurangan gizi.
Baca juga:
Studi ini pun memberikan pemahaman terperinci tentang apa yang menghambat negara-negara dan di mana mereka dapat menggandakan upaya untuk mencapai kemajuan seimbang dan inklusif.
"Memahami kesenjangan ini sangat penting bagi kemajuan negara dan global," kata Dr. Tzachor.
"Dengan mengidentifikasi di mana negara-negara berkinerja buruk, kita dapat menyesuaikan kebijakan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan ini secara efektif," katanya lagi.
Studi ini menekankan pula perlunya tinjauan komprehensif terhadap kerangka kerja SDG saat tenggat waktu 2030 mendekat.
Studi juga menyerukan kerja sama internasional untuk memastikan bahwa tidak ada wilayah yang tertinggal dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya