KOMPAS.com - Kemampuan seseorang untuk fokus pada tugas atau pekerjaan sehari-hari bisa terganggu dan berkurang lantaran pengaruh dari paparan polusi udara jangka pendek.
Temuan itu didapatkan peneliti setelah menganalisis data dari tes kognitif yang diselesaikan oleh 26 peserta sebelum dan sesudah mereka terpapar partikel materi (PM) tingkat tinggi menggunakan asap dari lilin atau udara bersih selama satu jam.
Studi tersebut menemukan bahwa paparan singkat dari konsentrasi tinggi PM memengaruhi perhatian selektif dan pengenalan emosi peserta, terlepas dari apakah mereka bernapas secara normal atau hanya melalui mulut.
Hal ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaan mereka sehari-hari.
Baca juga:
"Anda bisa lebih terganggu oleh berbagai hal, misalnya tidak dapat fokus pada tujuan tugas Anda," terang Dr. Thomas Faherty dari Universitas Birmingham, Inggris salah satu penulis studi.
Studi tersebut juga menemukan bahwa peserta memiliki kinerja yang lebih buruk pada tes kognitif yang mengevaluasi pengenalan emosional setelah terpapar polusi udara PM.
"Ini mengakibatkan kesulitan dalam memahami emosi orang lain sehingga mungkin memiliki implikasi pada cara kita berperilaku dengan orang lain," kata Faherty, seperti dikutip dari Guardian, Jumat (7/2/2025).
Namun, studi juga menemukan bahwa memori kerja peserta tidak terpengaruh. Itu menunjukkan bahwa beberapa fungsi otak lebih tangguh terhadap paparan polusi jangka pendek.
Para peneliti mengatakan temuan studi tersebut dapat memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang signifikan, termasuk untuk pencapaian pendidikan dan produktivitas kerja.
“Studi tersebut dilakukan pada populasi orang dewasa yang secara klinis sehat, yang berarti bahwa mereka memiliki kesehatan yang baik dan tidak memiliki masalah pernapasan atau neurologis klinis. Kelompok lain tertentu mungkin lebih rentan terhadap dampaknya,” kata Faherty.
Baca juga:
Lebih lanjut studi ini merupakan bagian dari proyek yang lebih besar yang akan menguji dampak dari berbagai sumber polutan, yang diharapkan para peneliti akan membantu menginformasikan kebijakan dan langkah-langkah kesehatan masyarakat di masa mendatang.
Polusi udara sendiri merupakan salah satu faktor risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan masyarakat secara global.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa polusi udara luar ruangan menyebabkan sekitar 4,2 juta kematian dini per tahun di seluruh dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya