Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Area Es Terakhir di Arktik Terancam Hilang Lebih Cepat

Kompas.com, 7 Februari 2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Area es terakhir di Arktik, Kutub Utara, beserta ekosistem yang ada di dalamnya terancam hilang lebih cepat daripada prediksi sebelumnya.

Area es terakhir merupakan zona beku yang berada di utara Greenland dan kepulauan Arktik Kanada. Area ini memiliki lapisan es yang cukup tebal dan mampu bertahan melalui hangatnya musim panas.

Wilayah ini merupakan ekositem bagi hewan-hewan yang bergantung pada es, seperti beruang kutub dan walrus. 

Baca juga: Karena Perubahan Iklim, Padang Tundra Arktik Lepaskan Lebih Banyak Emisi

Prediksi tersebut mengemuka dalam studi terbaru yang dilakukan tim peneliti dari McGill University, Kanada.

Dalam penelitian tersebut, mereka melakukan pengamatan lebih dekat di area es terakhir menggunakan Community Earth System Model.

Metode tersebut yang memberikan informasi lebih rinci daripada simulasi yang digunakan sebelumnya.

"Temuan kami didasarkan pada model resolusi tinggi, yang mempertimbangkan transportasi es laut melalui Kepulauan Arktik Kanada," kata Bruno Tremblay, ilmuwan atmosfer dari Universitas McGill.

"Ini menunjukkan area es terakhir mungkin menghilang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Tremblay, sebagaimana dilansir Science Alert, Selasa (3/2/2025).

Baca juga: Es di Samudra Arktik Diprediksi Akan Mencair Lebih Cepat

Berdasarkan penghitungan tim, Samudra Arktik bagian tengah dapat menjadi bebas es secara musiman setiap tahun paling cepat pada tahun 2035, dengan es permanen terakhir yang tersisa menghilang sekitar 6-24 tahun setelah pola musiman terbentuk.

Perkiraan sebelumnya menunjukkan bahwa sisa-sisa es laut permanen terakhir dapat bertahan selama beberapa dekade setelah periode bebas es musiman menjadi pola umum. 

Prediksi baru tersebut mempercepat jadwal secara signifikan.

Di sisi lain, eksistensi area es terakhir tersebut juga sangat bergantung dengan kondisi Bumi, apakah semakin memanas atau tidak.

"Nasib area es terakhir secara keseluruhan bergantung terutama pada kondisi es laut di bagian utaranya, yang menghambat transportasi es laut dan memungkinkan pengisian kembali es laut tebal di Kepulauan Ratu Elizabeth," tulis para peneliti dalam studi mereka.

Baca juga: Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Banyak spesies bergantung pada lapisan es sepanjang tahun. Sekitar seperempat beruang kutub dunia hidup di dalam atau di dekat area es terakhir.

Tempat ini juga digunakan oleh masyarakat adat untuk berburu demi bertahan hidup.

Begitu pentingnya  sehingga sebagian darinya telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Tuvaijuittuq oleh pemerintah Kanada.

Kini, wilayah tersebut dalam bahaya besar, peringatan lain di antara banyak peringatan tentang bahaya dari krisis iklim.

"Temuan ini menggarisbawahi urgensi pengurangan pemanasan untuk memastikan proyeksi yang stabil untuk Wilayah Es Terakhir dan habitat Arktik yang kritis," kata Madeleine Fol, ilmuwan atmosfer dari Universitas McGill.

Baca juga: Kabar Baik, Peneliti di Arktik Temukan Cara Tebalkan Es Laut

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau