KOMPAS.com - Studi baru yang dipublikasikan di Science Advances mengungkapkan paparan panas ekstrem yang berkepanjangan dapat mempercepat penuaan biologis pada orang dewasa.
Penuaan biologis mencerminkan seberapa cepat sel dan jaringan tubuh menua atau memburuk.
Nah, orang dengan usia biologis tua diketahui lebih rentan terhadap kondisi seperti penyakit jantung, penurunan kognitif. Stres akibat panas juga dapat memicu peradangan dan kerusakan sel yang menyebabkan percepatan penuaan
Penelitian baru ini pun menemukan bahwa paparan panas yang berkelanjutan dapat mempercepat proses tersebut, memperburuk kesehatan bagi orang dewasa yang lebih tua.
Baca juga: Bumi Makin Panas, India Tunda Pesta Olah Raga Musim Dingin karena Minim Salju
Dalam studinya, peneliti melakukan analisis terhadap orang dewasa yang tinggal di wilayah lebih panas di Amerika Serikat.
Para ilmuwan di University of Southern California (USC) di AS menganalisis sampel darah dari hampir 3700 orang berusia 56 tahun ke atas dan mengukur usia biologis mereka menggunakan jam epigenetik.
Itu adalah alat untuk menganalisis perubahan DNA dari waktu ke waktu. Usia biologis sendiri ditentukan oleh serangkaian penanda DNA.
Peneliti kemudian membandingkan tingkat penuaan biologis para peserta dengan data indeks panas lokal dari tahun 2010 hingga 2016.
Indeks panas memperhitungkan suhu dan kelembapan, yang bersama-sama menentukan seberapa ekstrem panas yang dirasakan tubuh manusia.
Hasil penelitian seperti dikutip dari Independent, Jumat (28/2/2025) menunjukkan hubungan yang jelas antara paparan panas ekstrem dan penuaan yang lebih cepat.
Paparan panas yang berkepanjangan dikaitkan dengan peningkatan usia biologis hingga 2,48 tahun, efek yang sebanding dengan merokok.
Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global
Bahkan orang-orang yang mengalami hari-hari panas lebih ekstrem (suhu di atas 32,2C) cenderung menua lebih cepat pada tingkat molekuler, menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar terhadap penyakit terkait usia dan kematian dini.
"Hanya karena tinggal di daerah dengan hari-hari yang lebih panas, Anda menua lebih cepat secara biologis," ungkap Eunyoung Choi, seorang sarjana pascadoktoral di USC dan salah satu penulis penelitian tersebut.
Korelasi antara panas dan penuaan bahkan tetap ada setelah peneliti memperhitungkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi dan kebiasaan gaya hidup.
"Korelasi ini tetap ada bahkan setelah mengendalikan perbedaan sosial ekonomi dan demografi lainnya, serta faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan merokok," tambah Choi.
Temuan ini muncul saat krisis iklim membuat panas ekstrem lebih sering terjadi dan intens di seluruh dunia.
Jumlah hari yang sangat panas telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dan gelombang panas kini berlangsung lebih lama dan mencakup wilayah yang lebih luas.
Tahun 2024 sendiri merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dan kota-kota di seluruh dunia memecahkan rekor suhu.
Gelombang panas di Eropa, Amerika Utara, dan Asia telah dikaitkan dengan puluhan ribu kematian dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Karena Perubahan Iklim, Rekor Suhu Panas Kemungkinan Besar Berlanjut 2025
Ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa pengurangan drastis emisi gas rumah kaca, panas ekstrem akan menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang lebih besar.
Pasalnya, semakin banyak orang menua di dunia yang memanas. Para ilmuwan pun mengatakan kota-kota harus memikirkan kembali cara melindungi populasi mereka dari paparan panas kronis.
"Jika di mana-mana semakin hangat dan populasi menua, orang-orang ini rentan. Kita perlu menjadi jauh lebih cerdas tentang strategi mitigasi ini," kata Jennifer Ailshire, penulis senior penelitian dan profesor gerontologi dan sosiologi di USC.
Para peneliti menyarankan agar para pembuat kebijakan dan perencana kota untuk mempertimbangkan panas ekstrem saat merancang kota.
Strategi seperti menambah ruang hijau, menyediakan halte bus yang teduh, dan memastikan orang dewasa yang lebih tua memiliki akses ke pusat pendingin dapat membantu mengurangi risiko kesehatan jangka panjang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya