Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UNS Usul 4 Langkah Tangani Sampah Sisa Makanan dari Program MBG

Kompas.com, 28 Februari 2025, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berpotensi menghasilkan sampah dan sisa makanan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan sampah untuk menangani masalah tersebut.

Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Mercy Bientri Yunindanova menyampaikan, pengelolaan limbah menjadi aspek yang tidak terpisahkan dari keberlanjutan program MBG.

Dia menuturkan, sampah dari program MBG perlu diatasi dengan konsep daur ulang. Konsep tersebut perlu diterapkan demi mencegah dampak negatif yang lebih besar di masa depan.

Baca juga: Jubir Kantor Komunikasi Presiden: SPPG Turut Bertanggung Jawab Tangani Limbah MBG

"Tanpa sistem pengelolaan yang baik, limbah ini dapat menimbulkan masalah lingkungan seperti peningkatan volume sampah, emisi gas rumah kaca, serta pencemaran tanah dan air," kata Mercy, sebagaimana dikutip dari situs web UNS, Selasa (25/2/2025).

Mercy menuturkan, setidaknya ada empat langkah pengelolaan limbah sisa makanan dari program MBG.

Pertama, pemilahan sampah di sekolah. Setiap sekolah perlu memiliki sistem pemilahan sampah yang jelas. 

Limbah sisa makanan dipisahkan dari sampah plastik dan anorganik lainnya. Ini akan memastikan bahwa bahan organik dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengomposan.

Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Kedua, pembangunan fasilitas pengomposan. Pemerintah dan pihak sekolah dapat mendirikan fasilitas pengomposan sederhana yang memungkinkan pengolahan limbah makanan menjadi pupuk organik. 

Dengan pelatihan dan edukasi yang tepat, guru dan siswa dapat terlibat langsung dalam proses ini.

Ketiga, pemanfaatan kompos untuk pertanian dan penghijauan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk kebun sekolah, pertanian lokal, atau program penghijauan di lingkungan sekitar. 

Langkah ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan siswa. 

Baca juga: Program Makan Bergizi Gratis Bisa Dorong Ekonomi Sirkular, Begini Skemanya

Keempat, kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama tersebut bisa melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM), komunitas, dan sektor swasta dalam pengelolaan limbah.

Selain bisa menangani limbah, langkah ini juga dapat membantu mendukung keberlanjutan program, baik dari segi pendanaan, teknologi, maupun penyebarluasan informasi.

Mercy berujar, pengelolaan limbah dalam program MBG sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). 

Salah duanya sesuai dengan Tujuan 3 SDGs ke-3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan Tujuan 11 SDGs Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan.

Baca juga: Pelibatan Murid Susun Menu Makan Bergizi Gratis Bisa Kurangi Sampah Signifikan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau