Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS di Jerman Pakai Anestesi Berkelanjutan, Kurangi C02 Hingga 80 Persen

Kompas.com, 28 Februari 2025, 15:39 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Charité Universitätsmedizin Berlin, rumah sakit yang berlokasi di Jerman berhasil mengurangi emisi CO2 tahunan mereka hingga lebih dari 80 persen sejak 2018.

Pengurangan emisi karbon tersebut dicapai berkat pemakaian anestesi  yang ramah lingkungan di ruang operasi.

Gas anestesi yang biasanya digunakan RS tersebut diketahui memiliki dampak terhadap iklim karena memanaskan atmosfer seperti halnya karbon dioksida (CO2).

Efek gas anestesi itu juga jauh lebih kuat. Misalnya satu kilogram desflurane--salah satu jenis anestesi, berkontribusi hampir 8000 kali lebih banyak terhadap efek rumah kaca selama lima tahun dibandingkan dengan jumlah CO2 yang sama.

Sementara emisi dari operasi tujuh jam yang menggunakan desflurane setara dengan emisi dari mengendarai mobil sejauh hampir 7.850 kilometer.

Baca juga:

Hal ini menjadikan desflurane sebagai gas anestesi yang paling berdampak buruk pada iklim.

"Sebagian besar ahli anestesi tidak mengetahui dampak iklim dari anestesi hirup karena hal itu bukan bagian dari pelatihan standar mereka," jelas Dr. Susanne Koch, seorang dosen dan ahli anestesi di Charité dan pemimpin penelitian tersebut, dikutip dari Medicalxpress, Jumat (28/2/2025).

Sebagai anggota Komite Keberlanjutan Masyarakat Anestesiologi dan Perawatan Intensif Eropa (ESAIC), Koch pun berkomitmen untuk meningkatkan keberlanjutan dalam anestesiologi.

"Untuk mengubahnya, kami menyelenggarakan acara informasi rutin dan kegiatan pendidikan berkelanjutan dan profesional pada tahun 2018," katanya.

Kepala departemen anestesiologi juga merevisi pedoman pemberian anestesi, mengganti desflurane dengan anestesi lokal serta propofol atau anestesi yang diberikan secara intravena.

Dampaknya terhadap iklim pun ternyata jauh lebih kecil daripada anestesi hirup.

Namun untuk kasus-kasus di mana gas anestesi diperlukan untuk alasan medis, digunakan metode aliran minimal atau hanya menggunakan aliran gas kecil saja.

Tindakan tersebut memungkinkan RS mengurangi emisi karbon terkait anestesi dari lebih dari 7.500 metrik ton per tahun sebelum 2018 menjadi 1.454 pada 2023.

Baca juga:

Selain mengurangi emisi karbon, karena desflurane juga merupakan salah satu anestesi hirup termahal, sehingga bisa memangkas biaya tahunan RS untuk anestesi hampir setengahnya antara 2015 hingga 2023.

Pertanyaannya, apakah pasien dirugikan dengan metode ini?

RS menyebut tidak ada kerugian medis terkait dengan peralihan metode anestesi.

"Pasien bangun lebih tenang setelah anestesi dengan propofol, dan mual pun lebih jarang terjadi," catat Koch.

Ia menambahkan pula pentingnya keputusan mendasar yang didukung tingkat manajemen dalam upaya mengurangi emisi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau