KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) memperingatkan, rekor suhu panas tahun ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2025.
Menurut WMO, 2024 kemungkinan besar akan dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipecahkan pada 2023.
WMO mengatakan rata-rata suhu udara permukaan Bumi periode Januari-September adalah 1,54 derajat celsius di atas rata-rata pra-industri.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Musim Dingin Jepang Jadi Lebih Hangat
Catatan tersebut bakal menjadikan 2024 berada pada jalur yang tepat untuk mengalahkan rekor tahun terpanas sebelumnya yakni tahun 2023.
Pada 2023, rata-rata suhu suhu udara permukaan adalah 1,45 derajat celsius lebih panas daripada masa sebelum revolusi industri.
Badan di bawah PBB tersebut menekankan perlunya kerja sama internasional yang lebih besar untuk mengatasi risiko suhu panas ekstrem.
"Seiring meningkatnya suhu global, dan peristiwa suhu panas ekstrem menjadi lebih sering dan parah," sebut WMO sebagaimana dilansir VOA, Senin (30/12/2024).
Baca juga: Perubahan Iklim Makin Parah, PBB Peringatkan Dunia Menuju Kerusakan
Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, sejak dipilih pada Juni 2023 dan resmi mengemban jabatannya pada 1 Januari 2024, dia telah mengeluarkan Peringatan Merah berulang kali tentang keadaan iklim.
Dia mengatakan, setiap peningkatan suhu Bumi walaupun hanya sedikit merupakan kejadian yang penting yang akan meningkatkan kerjaian-kejadian ekstrem.
Laporan Kesenjangan Emisi dari Program Lingkungan PBB atau UNEP tahun ini memperingatkan, suhu kemungkinan akan naik hingga 3,1 derajat celsius pada akhir abad ini jika emisi gas rumah kaca tidak segera dipangkas.
"Perubahan iklim terjadi di depan mata kita hampir setiap hari dalam bentuk peningkatan kejadian dan dampak peristiwa cuaca ekstrem," kata Saulo.
Baca juga: Perubahan Iklim: Hari-hari Beku Berkurang, Musim Dingin Makin Pendek
"Tahun ini kita menyaksikan curah hujan yang memecahkan rekor dan banjir serta hilangnya nyawa yang mengerikan di banyak negara, yang menyebabkan kesedihan bagi masyarakat di setiap benua," sambungnya.
Menurut laporan baru dari World Weather Attribution (WWA) dan Climate Central, perubahan iklim memperburuk 26 dari 29 peristiwa cuaca ekstrem yang diteliti.
Berbagai peristiwa ekstrem tersebut menewaskan sedikitnya 3.700 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
WWA dan Climate Central menambahkan, perubahan iklim menambah 41 hari panas yang berbahaya pada tahun 2024 yang membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.
Baca juga: Perubahan Iklim Rugikan Asuransi Hingga 600 Miliar Dollar AS
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya