Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Perubahan Iklim, Rekor Suhu Panas Kemungkinan Besar Berlanjut 2025

Kompas.com, 2 Januari 2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) memperingatkan, rekor suhu panas tahun ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2025.

Menurut WMO, 2024 kemungkinan besar akan dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipecahkan pada 2023.

WMO mengatakan rata-rata suhu udara permukaan Bumi periode Januari-September adalah 1,54 derajat celsius di atas rata-rata pra-industri.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Musim Dingin Jepang Jadi Lebih Hangat

Catatan tersebut bakal menjadikan 2024 berada pada jalur yang tepat untuk mengalahkan rekor tahun terpanas sebelumnya yakni tahun 2023.

Pada 2023, rata-rata suhu suhu udara permukaan adalah 1,45 derajat celsius lebih panas daripada masa sebelum revolusi industri.

Badan di bawah PBB tersebut menekankan perlunya kerja sama internasional yang lebih besar untuk mengatasi risiko suhu panas ekstrem.

"Seiring meningkatnya suhu global, dan peristiwa suhu panas ekstrem menjadi lebih sering dan parah," sebut WMO sebagaimana dilansir VOA, Senin (30/12/2024).

Baca juga: Perubahan Iklim Makin Parah, PBB Peringatkan Dunia Menuju Kerusakan

Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo mengatakan, sejak dipilih pada Juni 2023 dan resmi mengemban jabatannya pada 1 Januari 2024, dia telah mengeluarkan Peringatan Merah berulang kali tentang keadaan iklim.

Dia mengatakan, setiap peningkatan suhu Bumi walaupun hanya sedikit merupakan kejadian yang penting yang akan meningkatkan kerjaian-kejadian ekstrem.

Laporan Kesenjangan Emisi dari Program Lingkungan PBB atau UNEP tahun ini memperingatkan, suhu kemungkinan akan naik hingga 3,1 derajat celsius pada akhir abad ini jika emisi gas rumah kaca tidak segera dipangkas. 

"Perubahan iklim terjadi di depan mata kita hampir setiap hari dalam bentuk peningkatan kejadian dan dampak peristiwa cuaca ekstrem," kata Saulo. 

Baca juga: Perubahan Iklim: Hari-hari Beku Berkurang, Musim Dingin Makin Pendek

"Tahun ini kita menyaksikan curah hujan yang memecahkan rekor dan banjir serta hilangnya nyawa yang mengerikan di banyak negara, yang menyebabkan kesedihan bagi masyarakat di setiap benua," sambungnya.

Menurut laporan baru dari World Weather Attribution (WWA) dan Climate Central, perubahan iklim memperburuk 26 dari 29 peristiwa cuaca ekstrem yang diteliti.

Berbagai peristiwa ekstrem tersebut menewaskan sedikitnya 3.700 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.

WWA dan Climate Central menambahkan, perubahan iklim menambah 41 hari panas yang berbahaya pada tahun 2024 yang membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.

Baca juga: Perubahan Iklim Rugikan Asuransi Hingga 600 Miliar Dollar AS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau