KOMPAS.com - Pemerintah Nauru menawarkan kewarganegaraannya kepada orang asing untuk meraup pendanaan karena terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan krisis iklim.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Nauru David Adeang pada Selasa (25/2/2025).
Adeang menuturkan, Pemerintah Nauru membuka skema "paspor emas" bagi orang asing yang ingin membeli kewarganegaraan negara pulau di kawasan Pasifik tersebut.
Baca juga: Jawa Tengah Terancam Tenggelam, Apa Penyebabnya?
Setiap paspornya dibanderol 105.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,7 miliar bagi satu orang, sebagaimana dilansir The Guardian.
Sebagai imbalannya, pembeli paspor Nauru tersebut memperoleh akses bebas visa ke 89 negara termasuk Inggris, Irlandia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Singapura.
Hasil dari "penjualan kewarganegaraan" tersebut akan dipakai untuk merelokasi 90 persen warganya semakin masuk ke dalam pulau karena permukaan air laut telah menggerogoti pesisirnya.
"Bagi Nauru, ini bukan sekadar tentang beradaptasi dengan perubahan iklim, tetapi tentang mengamankan masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi generasi mendatang," kata Adeang kepada AFP.
Dia menyampaikan, strategi "penjualan kewarganegaraan" tersebut bukan hanya sekadar demi bertahan hidup.
Baca juga: Situs Bersejarah di Turkiye dan Yunani Terancam Tenggelam karena Perubahan Iklim
"Ini tentang memastikan generasi mendatang memiliki rumah yang aman, tangguh, dan berkelanjutan. Kami siap untuk perjalanan ke depan," tutur Adeang.
Negara tersebut memiliki total luas daratan 21 kilometer persegi dengan populasi sekitar 13.000 jiwa, menjadikannya sebagai salah satu negara terkecil di dunia.
Nauru sebelumnya adalah negara kaya karena tambang fosfatnya. Namun kini, fosfat di negara tersebut telah habis.
Para peneliti saat ini memperkirakan, 80 persen wilayah Nauru telah menjadi tidak dapat dihuni akibat pertambangan fosfat di masa lampau.
Lebih parah lagi, lahan yang tersisa di Nauru kini terancam oleh kenaikan air laut. para ilmuwan telah mengukur permukaan laut naik 1,5 kali lebih cepat daripada rata-rata global.
Baca juga: BRIN: Industri Ekstraktif Makin Ancam Pulau Tenggelam
Di sisi lain, "penjualan kewarganeraan" tersebut memicu kontroversi karena bisa dimanfaatkan oleh para kriminal internasional.
Pelaksana Program Kewarganegaraan Ketahanan Iklim dan Ekonomi Nauru Edward Clark berujar, upaya pendanaan iklim yang ada saat ini tidak cukup untuk mengatasi ancaman yang ada.
"Pembiayaan utang memberikan beban yang tidak semestinya pada generasi mendatang dan tidak ada cukup bantuan," kata Clark kepada AFP.
Pemerintah Nauru berharap dapat meraup 5,7 juta dollar AS pada tahun pertama program "penjualan kewarganegaraan" tersebut, alias sekitar 60 paspor emas.
Pemerintah berharap jumlah ini akan meningkat secara bertahap hingga 43 juta dollar atau sekitar 500 paspor emas yang berhasil.
Baca juga: Cegah Jakarta Tenggelam, Penggunaan Air Tanah Harus Diawasi Ketat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya