Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Bersejarah di Turkiye dan Yunani Terancam Tenggelam karena Perubahan Iklim

Kompas.com - 27/08/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Seratusan situs bersejarah di sepanjang garis pantai Turkiye dan Yunani berisiko tinggi tenggelam pada akhir abad ini karena naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim.

Sebagaimana fakta di lapangan, perubahan iklim dan pemanasan global membuat banyak lapisan es dan gletser mencair dan membuat permukaan air laut naik.

Nainya permukaan air laut tersebut menggerus pantai, tak terkecuali mengancam situs-situs warisan dunia UNESCO di Turkiye dan Yunani yang merupakan peninggalan era Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

Baca juga: Banyak Kebijakan yang Gagal dalam Mencegah Perubahan Iklim

Temuan tersebut mengemuka berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli geologi Enes Zengin dari Urban and Regional Planning Department Dumlupinar University.

Penelitian tersebut dilakukan menggunakan basis data dari Laporan Teknis Kenaikan Muka Air Laut 2022 oleh US National Ocean Service.

Zengin membuat peta risiko banjir' untuk lima skenario berbeda dengan kelas risiko yang bervariasi dari sangat tinggi hingga sangat rendah, menurut prediksi kenaikan muka air laut global dan lokal.

Studi tersebut mengevaluasi kerentanan 464 situs bersejarah di sepanjang pantai di Turkiye dan Yunani, sebagaimana dilansir Euronews, Senin (26/8/2024).

Situs-situs bersejarah itu meliputi kastil, benteng, menara, jembatan, pekuburan, atau reruntuhan.

Baca juga: Selain Berdampak Lingkungan, Perubahan Iklim Tingkatkan Tren Penyakit

Disimpulkan bahwa dari 464 situs tersebut, 147 di antaranya berada pada tingkat risiko tertentu dalam 50 tahun ke depan.

Dari angka tersut, beberapa yang paling parah adalah 34 situs dianggap berisiko "sangat tinggi", 19 situs berisiko "tinggi", dan 27 situs berisiko "sedang".

Situs yang paling terancam di Turkiye adalah kota kuno Knidos dan Kaunos di Provinsi Mugla serta kota pelabuhan kuno Elaia di Provinsi Izmir.

Situs-situs ini dapat tenggelam sebagian atau seluruhnya pada akhir abad ini, bahkan dengan kenaikan permukaan laut hanya satu meter.

Penelitian tersebut menemukan bahwa skenario yang melibatkan kenaikan permukaan laut 3 meter akan membahayakan beberapa situs lainnya, termasuk Pelabuhan Ephesus, Miletus, dan Kastil Guvercinada di Aydin, serta kota-kota kuno Olympos dan Patara di Antalya.

Baca juga: Google Kembangkan Satelit untuk Lacak Emisi Metana yang Sumbang Perubahan Iklim

Di Yunani, kota-kota kuno Sissi, Pavlopetri, dan Lokris dianggap berisiko "sangat tinggi".

Meskipun hasil ini mengkhawatirkan, penelitian tersebut menyoroti bahwa 317 situs aman dari banjir, bahkan dalam skenario terburuk kenaikan permukaan laut lima meter.

"Untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dari penelitian ini dan menjaga warisan budaya bersama umat manusia, sangat penting untuk memprioritaskan penerapan penelitian ini di daerah-daerah berisiko tinggi sesegera mungkin," kata Zengin.

Dia mendesak adanya aksi yang cepat untuk mengurangi potensi ancaman lain seperti bencana alam, aktivitas manusia, dan faktor lain yang dapat menimbulkan risiko terhadap situs warisan dunia tersebut.

Baca juga: Ketidakadilan Kelompok Rentan Berkontribusi terhadap Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau