Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Kompas.com - 04/03/2025, 11:57 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa aktivitas di atmosfer mulai meningkat, sehingga menyebabkan intensitas curah hujan tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan hujan lebat diprediksi terjadi di beberapa wilayah khususnya Indonesia bagian barat serta Kepulauan Papua pada 4-11 Maret 2025.

“Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” kata Guswanto dalam keterangan tertulis, Selasa (4/3/2025).

Dia menyampaikan, gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin berpotensi tetap aktif di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Kepulauan Papua.

Kondisi ini berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas yang beragam. Analisis terbaru menunjukkan, terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia tepatnya di barat Aceh dan selatan Papua.

Menurut Guswanto, keberadaan sirkulasi siklonik tersebut mengakibatkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan.

Ini termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku. Selain itu, daerah pertemuan angin (konfluensi) terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan.

Daerah perlambatan kecepatan angin lainnya terpantau memanjang dari pesisir Timur Riau hingga Kepulauan Riau, dari Sumatera Barat sampai Sumatera Selatan, dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur ke Selatan Jawa Barat, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan, dan dari Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur.

Fenomena itu pun berpotensi memicu peningkatan curah hujan.

Guswanto menyebut, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua turut memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia.

MJO berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas konveksi yang dapat meningkatkan potensi hujan deras di sejumlah wilayah.

Baca juga: Harga Kopi Meroket karena Iklim, Indonesia Sementara Cuan

“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan," papar dia.

Analisis labilitas lokal mengindikasikan potensi perkembangan awan konvektif di Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Labilitas atmosfer ini berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan pada siang hingga sore atau malam hari.

"Pemantauan cuaca secara berkala penting dilakukan untuk mengantisipasi dampak dinamika atmosfer yang terus berkembang," jelas Guswanto.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Banjir Bandang di Hulu

Banjir Bandang di Hulu

Pemerintah
Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah
TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

Pemerintah
Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah
Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

LSM/Figur
Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Swasta
Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Pemerintah
4 Kegiatan 'Ngabuburit' Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

4 Kegiatan "Ngabuburit" Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

LSM/Figur
Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu, Indonesia Selamat dari Beban Rp 124 T

Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu, Indonesia Selamat dari Beban Rp 124 T

LSM/Figur
Ada Efisiensi, KKP Kembangkan Pendanaan Alternatif Dukung Konservasi dan Pangan

Ada Efisiensi, KKP Kembangkan Pendanaan Alternatif Dukung Konservasi dan Pangan

Pemerintah
Bos META: Efisiensi Anggaran Boleh, Asal Pemerintah Berikan Dukungan Ini untuk Sektor Infrastruktur

Bos META: Efisiensi Anggaran Boleh, Asal Pemerintah Berikan Dukungan Ini untuk Sektor Infrastruktur

Swasta
Menteri LH Akui, Kebanyakan Incinerator di TPA Belum Sesuai Baku Mutu

Menteri LH Akui, Kebanyakan Incinerator di TPA Belum Sesuai Baku Mutu

Pemerintah
Maraknya Tambang Timah Ilegal Picu Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung

Maraknya Tambang Timah Ilegal Picu Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung

LSM/Figur
Menteri LH Wanti-wanti Pengelola TPA 'Open Dumping' Bisa Kena Pidana

Menteri LH Wanti-wanti Pengelola TPA "Open Dumping" Bisa Kena Pidana

Pemerintah
Emisi Metana Diremehkan, Jutaan Ton Berpotensi Tak Terlaporkan

Emisi Metana Diremehkan, Jutaan Ton Berpotensi Tak Terlaporkan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau