Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kopi Meroket karena Iklim, Indonesia Sementara Cuan

Kompas.com - 02/03/2025, 16:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Harga kopi dunia meroket mencapai angka tertinggi dalam 50 tahun terakhir.

Suryono dari Koperasi Alko, produsen kopi di Jambi, mengungkapkan bahwa hal tersebut setidaknya dalam jangka pendek justru menguntungkan bagi Indonesia.

"Biasanya, harga kopi arabika Indonesia dikenal sebagai yang tertinggi, sekitar 7-9 dollar AS. Saat ini Brasil justru yang naik, bisa 8 dollar AS per kilogram. Kita belum naik," katanya.

"Karena harga kita lebih murah, akan ada potensi pembeli luar cari dari Indonesia," imbuhnya saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (2/3/2025).

Meski produksi kopi di Amerika Latin, Vietnam, dan Afrika terdampak dan banyak mengalami gagal panden, Suryono mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini cukup stabil.

Ketidakpastian cuaca dan iklim terjadi, tetapi belum terlalu parah dampaknya, setidaknya dalam jangka pendek.

Baca juga: Standar Pelaporan Emisi Kakao Terbit, Dorong Cokelat Berkelanjutan

"Masalah cuaca dan iklim ada. Tapi yang terjadi lebih ke panen lebih cepat. Di Aceh, misalnya, biasanya April baru panen, saat ini Januari sudah panen," terangnya.

Kopi Indonesia panen tidak serentak. Aceh panen lebih dulu dibanding wilayah Sumatera bagian tengah seperti Padang, Jambi, dan Bandung. 

"Hasilnya malah sekarang kopi ada terus yang panen, tidak putus," ujar Suryono.

Menurutnya, jika ada hal mendesak yang perlu dilakukan Indonesia dalam waktu dekat, itu adalah peremajaan tanaman kopi.

"Tanaman kita sudah berusia 15 tahun lebih. Produktivitasnya sudah turun," ungkapnya.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, harga kopi dunia mencapai titik tertingginya dalam 50 tahun terakhir. Di Brasil dan Honduras, curah hujan yang datang terlambat mengakibatkan gagal panen.

Karena dinamika harga saat ini terpengaruh oleh iklim, maka keuntungan yang dialami Indonesia saat ini bisa jadi sementara. Suatu saat, Indonesia pun akan mengalami dampak iklim.

Baca juga: Harga Kopi Capai Titik Termahal dalam 50 Tahun, Sayangnya Perubahan Iklim Sebabnya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tantangan ESG dan Arah Baru Tata Kelola Mineral Kritis Indonesia
Tantangan ESG dan Arah Baru Tata Kelola Mineral Kritis Indonesia
LSM/Figur
Perubahan Iklim, Perempuan Terpaksa Jadi Tulang Punggung Tanpa Jaminan Sosial
Perubahan Iklim, Perempuan Terpaksa Jadi Tulang Punggung Tanpa Jaminan Sosial
LSM/Figur
Duit China Dorong Transisi Energi ASEAN, tapi Politik Global Menahan
Duit China Dorong Transisi Energi ASEAN, tapi Politik Global Menahan
Pemerintah
Lestari Awards 2025 Umumkan Juri Inisiatif Keberlanjutan Terbaik
Lestari Awards 2025 Umumkan Juri Inisiatif Keberlanjutan Terbaik
Swasta
Di Kalsel, Ahli IPB Kenalkan Pertanian Hemat Lahan 'Garden Tower'
Di Kalsel, Ahli IPB Kenalkan Pertanian Hemat Lahan "Garden Tower"
Pemerintah
Pemerintah Bakal Revitalisasi Tambak dan Bangun Hutan Mangrove di Pantura
Pemerintah Bakal Revitalisasi Tambak dan Bangun Hutan Mangrove di Pantura
Pemerintah
Terobosan AI Google, Pangkas Emisi Lampu Lalu Lintas
Terobosan AI Google, Pangkas Emisi Lampu Lalu Lintas
Swasta
Penanaman Hutan di Wilayah Tropis Jadi Strategi Atasi Krisis Iklim
Penanaman Hutan di Wilayah Tropis Jadi Strategi Atasi Krisis Iklim
Pemerintah
Ramai soal Tambang Nikel Raja Ampat, KKP Kerahkan Tim untuk Cek
Ramai soal Tambang Nikel Raja Ampat, KKP Kerahkan Tim untuk Cek
Pemerintah
Perubahan Iklim, Siswa Pekalongan Sakit dan Gatal akibat Rob, Tak Fokus Belajar
Perubahan Iklim, Siswa Pekalongan Sakit dan Gatal akibat Rob, Tak Fokus Belajar
LSM/Figur
Mikroplastik Ditemukan di Udara Indonesia, Bisa Picu Autoimun
Mikroplastik Ditemukan di Udara Indonesia, Bisa Picu Autoimun
LSM/Figur
Perubahan Iklim Bikin Laut Menderita, Dampaknya Bisa Seret Kita Semua
Perubahan Iklim Bikin Laut Menderita, Dampaknya Bisa Seret Kita Semua
Pemerintah
Seluas 17.000 Hektar, Ruang Hidup Suku Boti Perlu Segera Jadi Hutan Adat
Seluas 17.000 Hektar, Ruang Hidup Suku Boti Perlu Segera Jadi Hutan Adat
Pemerintah
Bukan Sihir, Ini Sains: Plastik Temuan Ilmuwan Jepang Terurai dalam Sekejap, Tanpa Jejak
Bukan Sihir, Ini Sains: Plastik Temuan Ilmuwan Jepang Terurai dalam Sekejap, Tanpa Jejak
LSM/Figur
MIND ID Targetkan Penurunan 21,4 Persen Emisi GRK pada 2030
MIND ID Targetkan Penurunan 21,4 Persen Emisi GRK pada 2030
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau