Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset di 2.847 Kota: Kebakaran Bakal Lebih Mudah Terjadi karena Iklim

Kompas.com - 04/03/2025, 18:58 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Frekuensi beberapa jenis kebakaran di kota akibat perubahan iklim diproyeksikan meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

Temuan itu merupakan hasil riset pemodelan berdasarkan data dari 2.847 kota di 20 negara yang kemudian dipublikasikan di Nature Cities.

Hasil studi tersebut dapat digunakan untuk merencanakan kota dan strategi tanggap darurat di masa mendatang.

Dikutip dari Phys, Selasa (4/3/2025) kebakaran di seluruh dunia menyebabkan sekitar 50.000 kematian dan 170.000 cedera setiap tahun.

Namun, tren frekuensi kebakaran di masa mendatang di lingkungan perkotaan tidak pasti, meskipun kebakaran tersebut sering kali menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan kerusakan ekonomi daripada beberapa jenis kebakaran lainnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Kematian Pohon di Perkotaan, Kita Terancam Makin Kegerahan

Kurangnya pemahaman ini dapat membahayakan pengelolaan sumber daya kebakaran regional dan perencanaan kota.

Peneliti Long Shi dari University of Science and Technology of China bersama rekan-rekannya kemudian mengumpulkan data dari departemen pemadam kebakaran perkotaan di 2.847 kota di 20 negara --termasuk AS, Inggris, Australia, dan China, untuk membuat basis data global tentang insiden kebakaran di tingkat kota untuk tahun 2011–2020.

Peneliti kemudian mengukur perubahan frekuensi berbagai jenis kebakaran perkotaan, termasuk kebakaran gedung-gedung kota, kendaraan, dan area luar ruangan (seperti tempat pembuangan sampah) sebagai respons terhadap iklim yang memanas.

Dengan menggunakan kumpulan data historis tersebut, peneliti menilai kemungkinan dampak pemanasan global terhadap frekuensi berbagai jenis kebakaran perkotaan, berdasarkan berbagai skenario iklim Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Hasilnya, Shi dan rekan-rekannya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, ada peningkatan sebesar 11,6 persen dalam kebakaran kendaraan dan peningkatan sebesar 22,2 persen dalam kebakaran luar ruangan, tetapi ada penurunan sebesar 4,6 persen pada kebakaran bangunan di bawah skenario emisi gas rumah kaca yang tinggi (SSP5–8.5).

Baca juga: Perubahan Iklim, Petani Kopi Jambi Perkuat Agroforestri dan Intensifikasi

Peneliti juga melaporkan perkiraan total ada 335.000 kematian terkait kebakaran dan 1,1 juta orang yang cedera terkait kebakaran antara tahun 2020 hingga 2100 yang disebabkan oleh pemanasan global di semua kota dalam studi ini.

Peneliti berpendapat temuan ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan strategi baru dalam mengatasi dan meningkatkan pengelolaan terhadap kebakaran.

Namun peneliti mencatat ada keterbatasan studi karena analisis mereka tidak memuat data dari Afrika dan Amerika Selatan. Temuan tentang kebakaran kendaraan mungkin juga tidak mencerminkan peralihan ke kendaraan listrik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Disepelekan, Daerah Pasang Surut Penting untuk Keberlanjutan Seafood

Disepelekan, Daerah Pasang Surut Penting untuk Keberlanjutan Seafood

LSM/Figur
Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar

Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar

Pemerintah
Riset di 2.847 Kota: Kebakaran Bakal Lebih Mudah Terjadi karena Iklim

Riset di 2.847 Kota: Kebakaran Bakal Lebih Mudah Terjadi karena Iklim

LSM/Figur
Peneliti BRIN Temukan 2 Spesies Baru Kumbang Kura-kura di Sulawesi

Peneliti BRIN Temukan 2 Spesies Baru Kumbang Kura-kura di Sulawesi

Pemerintah
Banjir Hari Ini, Sampah dari Saringan TB Simatupang Capai 2.000 Ton

Banjir Hari Ini, Sampah dari Saringan TB Simatupang Capai 2.000 Ton

Pemerintah
Teknologi Termal Pengelolaan Sampah, Solusi Nyata atau Palsu?

Teknologi Termal Pengelolaan Sampah, Solusi Nyata atau Palsu?

LSM/Figur
Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Besar terhadap Perekonomian Global

Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Besar terhadap Perekonomian Global

LSM/Figur
Banjir Bandang di Hulu

Banjir Bandang di Hulu

Pemerintah
Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah
TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

Pemerintah
Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah
Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

LSM/Figur
Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Swasta
Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Pemerintah
4 Kegiatan 'Ngabuburit' Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

4 Kegiatan "Ngabuburit" Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau