Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

Kompas.com - 04/03/2025, 12:54 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Penutupan PLTU batu bara memang makan biaya. Namun, mempertahankannya lebih memakan biaya, bukan cuma finansial tetapi juga lingkungan kesehatan.

Analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) “Cirebon-1, Inisiatif Transisi Batubara ke Energi Terbarukan Pertama di Indonesia”, cuan atau profit dari pensiun dini PLTU batu bara di Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu setidaknya 7 milliar dollar AS atau sekitar Rp 115 T.

Telah dihitung bahwa pensiun dini PLTU Cirebin-1 dan Pelabuhan Ratu bisa memakan uang 1,13 miliar dollar AS. 

Sementara, beban ekonomi yang harus ditanggung Indonesia jika tidak menutup dua PLTU itu mencapai 8,1 miliar dollar AS. Belum lagi potensi kematian hingga 11.400 jiwa.

Baca juga: PLN Indonesia Power Berhasil Uji Coba Campuran Amonia Hijau di PLTU Labuan

Keuntungan akan lebih besar lagi jika transisi ke energi terbarukan di Jawa Barat bisa berjalan baik.

Sesuai yang terpetakan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Jawa Barat, kapasitas energi terbarukan saat ini memang hanya 3,7 Gigawatt (GW), tetapi potensinya 4,6 GW.

Jawa Barat dapat melampaui target 6,8 GW yang ditetapkan pada 2030 dengan memastikan tenaga surya dan air berjalan sesuai rencana, dan juga mendorong upaya pemetaan proyek pembangkit listrik tenaga angin, panas bumi, dan bioenergi.

“Terwujudnya perkembangan energi terbarukan akan mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang adil di wilayah tersebut, yang juga berperan sangat penting dalam mempercepat perkembangan di provinsi lainnya, di luar Jawa Barat,” tegas Katherine Hasan, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Selasa (4/3/2025).

Baca juga: Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu, Indonesia Selamat dari Beban Rp 124 T

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau