Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar

Kompas.com - 04/03/2025, 19:53 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Tim ilmuwan dari Australia dan Inggris memperingatkan tentang bahaya yang berpotensi muncul karena peningkatan gelombang panas laut di dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam artikel di Nature Climate Change, mereka mencatat bahwa gelombang panas tersebut bisa berdampak negatif pada kehidupan laut dan masyarakat pesisir.

Pasalnya, gelombang panas tersebut juga dapat dikaitkan dengan badai yang menyebabkan malapetaka saat mencapai daratan.

Mengutip Phys, Selasa (4/3/2025), selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan dan pihak lainnya telah mencatat peningkatan jumlah gelombang panas laut di semua lautan dunia, di mana wilayah tertentu lautan mengalami suhu yang lebih tinggi dari rata-rata selama periode waktu yang sangat lama.

Baca juga: Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Peneliti menyebut, satu kelompok studi menemukan bahwa suhu gelombang panas pada 2023 hingga 2024 mencapai 240 persen lebih tinggi daripada tahun mana pun yang tercatat dalam sejarah.

Peneliti juga menemukan, makin sering gelombang panas terjadi, makin sulit bagi daerah yang terkena dampaknya untuk pulih.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa gelombang panas laut menyebabkan peningkatan penguapan sehingga memicu badai.

Salah satunya adalah Siklon Gabrielle yang menewaskan 11 orang di Selandia Baru pada tahun 2023.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa suhu air yang sangat tinggi dapat menyebabkan lumba-lumba dan paus berenang lebih dekat ke pantai daripada biasanya saat mereka mengikuti mangsanya, yang sering kali membuat mereka terdampar.

Baca juga: Berkat Laut dan Awan, Indonesia Masih Aman dari Gelombang Panas

Tak cukup sampai situ. Suhu air yang lebih tinggi juga merusak terumbu karang, menyebabkan pemutihan, degradasi, atau kematian, yang pada gilirannya menyebabkan hilangnya ekosistem dan kematian makhluk laut yang hidup di sana.

Tim peneliti mengatakan, beberapa tindakan telah diambil oleh kelompok konservasi untuk menyelamatkan beberapa makhluk yang terancam.

Tetapi, pada akhirnya satu-satunya solusi nyata adalah menghentikan memompa gas rumah kaca ke atmosfer.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Disepelekan, Daerah Pasang Surut Penting untuk Keberlanjutan Seafood

Disepelekan, Daerah Pasang Surut Penting untuk Keberlanjutan Seafood

LSM/Figur
Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar

Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar

Pemerintah
Riset di 2.847 Kota: Kebakaran Bakal Lebih Mudah Terjadi karena Iklim

Riset di 2.847 Kota: Kebakaran Bakal Lebih Mudah Terjadi karena Iklim

LSM/Figur
Peneliti BRIN Temukan 2 Spesies Baru Kumbang Kura-kura di Sulawesi

Peneliti BRIN Temukan 2 Spesies Baru Kumbang Kura-kura di Sulawesi

Pemerintah
Banjir Hari Ini, Sampah dari Saringan TB Simatupang Capai 2.000 Ton

Banjir Hari Ini, Sampah dari Saringan TB Simatupang Capai 2.000 Ton

Pemerintah
Teknologi Termal Pengelolaan Sampah, Solusi Nyata atau Palsu?

Teknologi Termal Pengelolaan Sampah, Solusi Nyata atau Palsu?

LSM/Figur
Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Besar terhadap Perekonomian Global

Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Besar terhadap Perekonomian Global

LSM/Figur
Banjir Bandang di Hulu

Banjir Bandang di Hulu

Pemerintah
Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Pemerintah
TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

TPS Rawa Badak Utara Diprotes Warga, Menteri LH Minta Pemkot Perbaiki

Pemerintah
Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi Rp 658 Triliun, Danantara Ikut Biayai

Pemerintah
Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

Tutup PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu: Cuan Rp 115 T, Beban Ekonomi Berkurang

LSM/Figur
Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Salah Kaprah Asumsi soal Plastik PET Kemasan Besar yang Dinilai Tak Ramah Lingkungan

Swasta
Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Banjir dan Curah Hujan Tinggi, BMKG: Atmosfer Berpengaruh, Daratan Penentunya

Pemerintah
4 Kegiatan 'Ngabuburit' Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

4 Kegiatan "Ngabuburit" Ramah Lingkungan Selama Ramadhan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau