JAKARTA, KOMPAS.com - Earth Hour, gerakan masyarakat untuk mematikan lampu selama 60 menit kembali digelar pada Sabtu (22/3/2025) mulai pukul 20.30 waktu setempat.
Peringatan ini telah dilakukan untuk yang ke-19 kalinya dengan tema Jam Terbesar untuk Bumi. Sejak terbentuk pada 2007, Earth Hour dikenal dengan momen mematikan lampu.
Di tahun 2024, lebih dari 1,5 juta jam telah diberikan oleh para pendukung Earth Hour di seluruh dunia untuk Bumi.
Baca juga: Dispenser Air Minum Wajib Berlabel Hemat Energi Mulai 2026, Apa Dampaknya ke Masyarakat?
"Kita telah menyaksikan kebakaran hutan, badai, dan kekeringan ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dunia sedang berada dalam bahaya nyata dan dengan cepat mendekati titik kritis," kata Director General WWF International, Kirsten Schuijt, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/3/2025).
"Earth Hour adalah pengingat kuat bahwa kita harus bertindak sekarang, selagi masih ada kesempatan," imbuh dia.
Schuijt menyatakan bahwa Earth Hour bukan hanya tentang mematikan lampu, tetapi juga menyalakan semangat perubahan secara global.
"Dengan melibatkan setiap individu, komunitas, hingga sektor bisnis, kita bisa menciptakan kekuatan kolektif yang mampu menghadirkan perubahan nyata dan menumbuhkan harapan untuk masa depan yang lebih lestari," imbuh dia.
Sementara itu, CEO Yayasan WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, menuturkan gerakan ini merupakan pengingat bagi manudia untuk terus melestarikan bumi.
"Tahun ini, Earth Hour bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadan, momen yang tepat untuk merenungkan kembali peran kita sebagai individu dalam melindungi ciptaan-Nya, yakni alam beserta seluruh isinya," ungkap Aditya.
Baca juga: Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C
Sejauh ini, ada 20 kota dan provinsi di Indonesia yang ikut merayakan Earth Hour antara lain Aceh, Medan, Jambi, Jakarta, Tanggerang, Serang, Cimahi, Bandung, Purwokerto, Jogjakarta, Surabaya, Malang, Kota Batu, Bali, Makassar, Palu, Wajo, hingga Jayapura.
"Earth Hour adalah tentang membuat aksi lingkungan menjadi mudah diakses, menyenangkan, dan bermakna," kata Aditya.
Melalui Hour Bank, Earth Hour mengajak semua orang untuk menemukan cara yang paling menyenangkan untuk menyumbangkan satu jam bagi bumi. Misalnya, memasak makanan berkelanjutan di rumah, menonton film dokumenter tentang alam, ataupun berjalan-jalan di hutan untuk menikmati alam dan merasakan bumi.
Hour Bank menyediakan daftar aktivitas dan kegiatan berdasarkan minat dan preferensi gaya hidup setiap individu, mulai dari makanan dan kebugaran, hingga seni dan hiburan.
"Hour Bank dirancang untuk menunjukkan bahwa setiap orang dapat berkontribusi dalam melindungi planet bumi, di mana pun mereka berada atau apa pun yang mereka gemari," terang Aditya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya