KOMPAS.com - Ekonomi Sirkular menjadi solusi di tengah kacaunya rantai pasokan akibat adanya perang dagang saat ini.
Namun, perang dagang dan tarif impor yang sedang memanas belakangan ini justru menjadi peluang bagi perusahaan rintisan ekonomi sirkular.
Para penggiat usaha kini memutar haluan dengan memprioritaskan produk-produk dari hasil daur ulang, mengubah sampah menjadi produk berguna dan melakukan efisiensi sumber daya yang ada yang justru melahirkan produk bisnis ramah lingkungan.
Di bawah ini adalah lima perusahaan rintisan yang sukses menjalankan model bisnis “ekonomi sirkular” atau daur ulang untuk mengurangi limbah dan membuat dunia lebih bersih.
FabBRICK – Membuat Batu Bata dari Baju Bekas
Di Paris, Clarisse Merlet punya ide unik: daripada membuang pakaian yang sudah tidak dipakai dan menambah banyak limbah yang sulit terurai, akan lebih bermanfaat jika di jadikan bahan bangunan.
Perusahaan ini menciptakan batu bata dari baju bekas yang bisa kemudian digunakan untuk dinding, furnitur, dan dekorasi. Selain jadi membantu mengurangi limbah pakai bekas, batu bata ini juga punya kemampuan meredam panas dan suara. Sejauh ini, perusahaan ini sudah berhasil mendaur ulang lebih dari 12 ton pakaian.
Voyage Foods – Cokelat Enak Tanpa Kakao
Cokelat biasanya dibuat dari kakao, tapi belakangan harga kakao menjadi semakin mahal akibat masalah pasokan akibat iklim di Afrika Barat, dan keterlibatan industri dengan deforestasi dan masalah ketenagakerjaan serta proses produksinya yang semakin sering menimbulkan masalah lingkungan.
Voyage Foods, perusahaan dari California, menciptakan cokelat dari bahan alternatif seperti biji anggur dan biji bunga matahari. Hampir tidak ada yang berbeda dari cokelat yang berasal dari kakao, rasanya dari cokelat ini pun tetap lezat, tapi tentu saja dengan lebih ramah lingkungan dan bebas dari masalah sosial di perkebunan kakao.
Clean the World – Sabun Hotel Tidak Terpakai Jadi Penyelamat
Sabun di hotel sering tidak habis terpakai dan langsung dibuang ke tempat sampah. Melihat hal ini, Shawn Seipler mendirikan Clean the World, yang mengumpulkan sabun bekas dari hotel-hotel, membersihkannya, lalu mendaur ulangnya menjadi sabun baru.
Kemudian, Sabun-sabun ini dibagikan ke negara-negara yang membutuhkan. Hingga kini, lebih dari 89 juta batang sabun sudah disumbangkan ke 127 negara.
Trashy Chips – Ampas Jus Menjadi Camilan
Kaitlin Mogentale melihat bahwa industri jus menghasilkan banyak ampas sayur dan buah yang hanya berakhir di tempat pembuangan sampah.
Oleh sebab itu, ia terpikirkan untuk mengolah ampas tersebut menjadi camilan sehat seperti muffin wortel dan kue bit. Lewat produk bernama Trashy Chips, ia menunjukkan bahwa sampah makanan bisa disulap jadi makanan lezat.
Müll Club – Sampah Plastik Rumah Tangga Menjadi Barang yang Bisa Digunakan Kembali
Di Inggris, Müll Club menerima sampah plastik dari masyarakat lewat pos. Sampah ini kemudian diolah menjadi produk baru seperti tempat sabun, sisir, bahkan cincin. Pendiri Müll Club, Charlie Rudkin-Wilson, ingin menunjukkan bahwa daur ulang bisa dilakukan dengan cara yang praktis dan berdampak langsung ke masyarakat.
Pendekatan ini tidak hanya mengalihkan plastik dari tempat pembuangan sampah tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses daur ulang.
Perang dagang dan krisis pasokan membuat banyak perusahaan berpikir ulang soal cara produksi mereka.
Startup-startup ini memilih jalan berbeda—menggunakan sumber lokal, mengurangi limbah, dan menciptakan produk dari bahan bekas. Hasilnya? Bukan hanya membantu lingkungan, tapi juga menciptakan bisnis yang tahan banting dan bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya