KOMPAS.com — Sebuah alat kalkulasi dampak bernama CyclingMax dikembangkan untuk membantu pemerintah kota menilai efektivitas investasi infrastruktur jalur sepeda.
Dikembangkan oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) bersama World Bank, alat ini menawarkan pendekatan berbasis data untuk menghitung manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dari pengembangan sistem transportasi non-motor.
“Dengan CyclingMax, pemerintah kota bisa memperkirakan berapa besar investasi yang dibutuhkan dan apa saja dampak yang bisa dihasilkan. Semuanya berdasarkan data nyata dari lapangan,” ujar Carlos Nemesis, perencana kota dengan keahlian dalam Transit-Oriented Development (TOD), perencanaan partisipatif, dan Non-motorized Transportation (NMT) dari ITDP Indonesia, saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (25/04/2025).
Menghitung Nilai Ekonomi dari Setiap Kilometer Jalur Sepeda
CyclingMax tak hanya menghitung biaya investasi fisik.
Lebih dari itu, alat ini mengkonversi berbagai manfaat eksternal—seperti penurunan emisi karbon, penghematan waktu perjalanan, dan peningkatan kesehatan masyarakat—ke dalam nilai ekonomi yang konkret.
Hasilnya, infrastruktur sepeda bisa dinilai sebagai bagian dari portofolio investasi hijau yang terukur dan layak ajukan dalam perencanaan pembangunan kota.
Beberapa kota berkembang telah mencoba mengadopsi CyclingMax sebagai alat perencanaan berbasis data:
Kampala, Uganda:
Terjadi pengurangan emisi sekitar 5.000 ton CO2 per tahun dengan peningkatan penggunaan sepeda sebesar 4 persen. Selain itu, kualitas udara di koridor lalu lintas padat naik hingga 2 persen.
Lima, Peru:
Perluasan jalur sepeda berpotensi menurunkan emisi hingga 12.000 ton CO2 per tahun dan menghemat waktu perjalanan hingga 10 menit per orang setiap hari. Manfaat kesehatan yang tercatat setara ratusan ribu dolar AS per tahun dari penurunan kasus penyakit jantung dan pernapasan.
Baca juga: Hari Sepeda Sedunia, Cara Mudah untuk Sehat dan Ramah Lingkungan
Addis Ababa, Ethiopia:
Meski skala jalurnya lebih kecil, kota ini tetap mencatat potensi penurunan emisi sekitar 2.500 ton CO? per tahun.
Menurut Carlos, dampak lingkungan dan sosial dari infrastruktur sepeda sangat ditentukan oleh keberhasilan perpindahan moda dari kendaraan bermotor ke sepeda.
Sepeda: Solusi Iklim dan Ketahanan Ekonomi Kota
Lebih dari sekadar alat mobilitas, sepeda dinilai sebagai bagian dari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim dan pemulihan ekonomi perkotaan.
“Sepeda memperluas jangkauan perjalanan tanpa menambah emisi. Dibandingkan mobil atau motor listrik, sepeda punya jejak karbon produksi yang jauh lebih rendah,” jelas Carlos.
Ia menambahkan, integrasi sepeda dengan sistem transportasi publik dapat mengoptimalkan peran sepeda sebagai moda first mile–last mile, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.
Infrastruktur sepeda bukan sekadar pembangunan fisik. Ini investasi sosial dan lingkungan jangka panjang.
Keterbatasan dan Tantangan
Meski menawarkan keunggulan teknis, CyclingMax masih memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah belum mampu mengukur aspek aksesibilitas sosial, seperti kebutuhan perempuan, anak-anak, atau penyandang disabilitas.
Selain itu, Carlos menekankan bahwa keberhasilan proyek-proyek hijau seperti ini tidak hanya bergantung pada alat kalkulasi semacam CyclingMax, tetapi juga pada komitmen politik, kualitas pembangunan, serta partisipasi masyarakat.
Kalau infrastrukturnya tidak aman, tidak nyaman, atau tidak terintegrasi dengan baik, potensi manfaat itu tidak akan tercapai.
Baca juga: Polusi Udara Paris Turun 50 Persen Usai Prioritaskan Penggunaan Sepeda
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya