Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian

Kompas.com - 27/04/2025, 09:30 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri fast fashion disebut-sebut telah menyebabkan polusi air, tanah, maupun peningkatan emisi yang memicu krisis iklim. Karena itu, SayaPilihBumi, sebuah gerakan sosial yang diinisiasi National Geographic Indonesia menghadirkan Barter.in. 

Marketing Communication SayaPilihBumi, Grandi, menjelaskan kampanye tersebut bertujuan mengurangi limbah masyarakat yang berasal dari industri fast fashion. 

“Tujuannya sih untuk mengurangi limbah masyarakat, dan mengurangi bahan-bahan yang menjadi sampah,” ungkap Grandi saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (25/4/2025). 

Baca juga: Industri “Fast Fashion” Hasilkan Limbah Tekstil Tak Terkelola 92 Juta Ton Per Tahun

“Kalau baju sebenarnya yang masih layak. Baju yang memang sudah kekecilan atau udah lama enggak kita pakai. Jadi bisa taruh di sini untuk dibarter,” imbuh dia. 

Adapun masyarakat yang hendak menukarkan pakaian di Barter.in bisa membawa beberapa lapis untuk ditukarkan dengan baju yang ada. Grandi memastikan bahwa baju-baju yang ditukarkan telah dikurasi kelayakannya. 

“Kami lihat dulu masih layak atau tidak. Kalau misalkan tidak layak, kami kembalikan. Baju ini pun terus berputar begitu, terus dibarter,” jelas dia. 

Menurut Grandi, kampanye barter pakaian ini telah dimulai sejak 2022 lalu. Mereka pun merambah ke komunitas yang tersebar di beberapa wilayah area Jakarta.

Baca juga: Paling Berpolusi, Industri Fast Fashion Picu Krisis Sampah Global

Pihaknya tidak menerima jual-beli baju bekas. Sehingga, sisa pakaian yang tidak laku dibarter akan disumbangkan ke panti asuhan, gereja, maupun orang yang membutuhkan. 

“Untuk barter baju, pantau saja di Instagram SayaPilihBumi. Biasanya di situ kami kasih tahu tata cara untuk menukar barangnya,” tutur Grandi. 

Sementara itu, salah satu pengunjung, Safira, mengaku sengaja datang setelah pulang kerja untuk menukar baju lamanya. Dia membawa empat baju yang ditukarkan dengan kaos maupun celana. 

“Saya ingin memperpanjang manfaat pakaian lalu ditukar. Biar enggak nimbun juga, beli baru, bosan, begitu,” ucap Safira. 

Baca juga: Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Dirinya mengetahui informasi soal barter pakaian dari media sosial. Safira pun beberapa kali mendatangi acara maupun komunitas yang bisa menukarkan baju lamanya. 

“Dengan adanya tukar baju ini biar kita enggak over konsumsi, sayangi bumi juga. Dengan tukar-tukaran baju sama orang kan jadi merasa baru lagi,” sebut dia.

Baca juga: Sampah Telah Capai Titik Terdalam Laut Mediterania

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau