Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Krisis ke Kesadaran, Perjalanan Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Kompas.com - 27/04/2025, 12:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Istilah gaya hidup berkelanjutan atau green lifestyle kini semakin sering terdengar, terutama di tengah meningkatnya kesadaran akan krisis iklim dan konsumsi berlebih. Tapi apa sebenarnya makna di balik jargon ini?

Bagi Chynthia Suci Lestari, gaya hidup berkelanjutan bukan sekadar tren atau gaya hidup ramah lingkungan yang keren di media sosial

“Definisi hidup berkelanjutan menurut aku adalah melanjutkan hidup, tapi sembari menyadari kalau yang harus melanjutkan hidup bukan cuma kita, manusia.”

Baginya, manusia di bumi tidak hidup sendiri. Ada tumbuhan, hewan, dan lingkungan yang hidup berdampingan. Semua itu perlu ruang dan sumber daya untuk tetap hidup.

“Jangan sampai kita hidup mengeksploitasi bumi, karena banyak hidup yang harus berlanjut—bahkan manusia sendiri akan ada generasi-generasi lainnya. Masa iya, kita mau mewariskan bumi yang rusak karena kita eksploitasi dengan tidak bertanggung jawab?” ujarnya saat bicara dengan Kompas.com pada Jumat (25/4/2025).

Gaya Hidup Berkelanjutan Dimulai dari Titik Terendah

Chynthia, yang kini dikenal lewat akun Instagram @lyfewithless, tak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi sosok yang menyuarakan gaya hidup minimalis dan berkelanjutan.

Dulu, ia gemar belanja dan mengikuti tren fast fashion tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan.

Semua berubah ketika keluarganya mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sebelumnya serba cukup berubah drastis, memaksanya untuk menyesuaikan diri dan menahan konsumsi.

"Aku udah enggak bisa foya-foya. Tren fast fashion itu nggak bisa diikuti lagi,” katanya.

Dia bahkan menjual hampir 80 persen barang-barangnya demi membantu ekonomi keluarga—tanpa tahu bahwa langkah itu kelak akan jadi filosofi hidupnya.

Pengalaman tersebut menjadi titik balik. Di tengah keterbatasan, Chyntia mulai menyadari bahwa hidup dengan sedikit barang justru membuatnya lebih tenang dan ringan. 

Tanpa disadari, ia telah mempraktikkan prinsip decluttering dan konsumsi sadar (conscious consumption).

Dari Personal Struggle ke Komunitas: Lahirnya @lyfewithless

Melalui proses tersebut, Chyntia mulai mengenal istilah sustainable living dan menemukan bahwa ia tidak sendiri.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau