Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NOAA Setop Pelacakan Biaya Bencana Iklim Usai Anggaran Dipangkas Trump

Kompas.com, 12 Mei 2025, 12:05 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) mengumumkan bahwa mereka akan berhenti melacak biaya bencana cuaca, termasuk gelombang panas, banjir, dan kebakaran hutan.

Keputusan ini diambil setelah badan tersebut mengalami pemangkasan anggaran besar-besaran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) staf oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

NOAA menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi memperbarui basis data Bencana Cuaca dan Iklim bernilai miliaran dolar di Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI), yang telah mengumpulkan informasi selama lebih dari 45 tahun. Hal ini berarti data mengenai kerugian akibat bencana cuaca ekstrem akan berhenti diperbarui.

Baca juga: Anak-anak yang Lahir pada 2020 Akan Hadapi Cobaan Iklim yang Berat

“Pemerintahan ini berpikir bahwa jika mereka berhenti mengidentifikasi perubahan iklim, perubahan iklim akan hilang begitu saja,” ujar Eric Sorensen, Anggota DPR dari Illinois, dalam komentarnya yang dikutip dari Ecowatch pada Senin (12/05/2025).

Saat ini disitus resmi NOAA menyatakan bahwa hingga 8 April 2025, tidak ada bencana cuaca yang menyebabkan kerugian miliaran dolar. Namun, para ilmuwan di NCEI memperkirakan bahwa enam hingga delapan bencana besar telah terjadi sepanjang tahun ini.

Di antaranya adalah kebakaran hutan besar yang melanda sebagian wilayah Los Angeles pada awal tahun, yang merusak properti dan infrastruktur senilai sekitar 150 miliar dolar AS — menjadikannya bencana paling mahal dalam sejarah Amerika Serikat.

Badai dahsyat, termasuk tornado, serta banjir, juga telah menyebabkan kerusakan signifikan di Amerika Serikat tahun ini. Di antara bencana-bencana tersebut, badai petir dengan angin kencang dan hujan es mencatatkan kerugian terbesar. Badai ini bertanggung jawab atas sekitar 75 persen dari total kerugian senilai 28 miliar dolar AS pada tahun 2023.

Juru bicara NOAA, Kim Doster, menjelaskan bahwa keputusan untuk menghentikan pembaruan basis data bencana ini disebabkan oleh perubahan prioritas, mandat undang-undang, dan pengurangan staf.

Padahal, selama beberapa dekade, NOAA telah melacak ratusan peristiwa cuaca ekstrem di seluruh negeri yang menyebabkan kerusakan triliunan dolar. Basis data tersebut telah menggunakan informasi dari Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA), lembaga negara bagian, dan organisasi asuransi untuk menghitung total kerugian setiap bencana.

Jeremy Porter, salah satu pendiri First Street, sebuah firma pemodelan keuangan yang menilai risiko iklim, menyatakan bahwa tanpa pendanaan untuk basis data bencana NOAA, sulit untuk mereplikasi atau memperluas analisis tren kerusakan, terutama pada tingkat regional atau lintas jenis bahaya.

Porter menjelaskan, “Yang membuat sumber daya ini sangat berharga bukan hanya metodologinya yang terstandarisasi selama beberapa dekade, tetapi juga fakta bahwa data ini diambil dari sumber-sumber yang tidak dapat diakses oleh sebagian besar peneliti, seperti estimasi kerugian reasuransi dan basis data klaim swasta.”

Jeff Masters, seorang ahli meteorologi dari Yale Climate Connections, menambahkan bahwa basis data NOAA telah menjadi "standar emas" yang digunakan untuk mengevaluasi biaya cuaca ekstrem, dan tidak ada pengganti yang dapat diandalkan.

Baca juga: Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Tanaman di Gunung Tak Mampu Adaptasi

Selain itu, kini para ahli telah menghubungkan meningkatnya intensitas peristiwa cuaca ekstrem, termasuk Badai Milton, kebakaran hutan di California selatan, dan suhu yang sangat panas, dengan krisis iklim. Kristina Dahl, wakil presiden bidang sains dari lembaga nirlaba Climate Central, juga menegaskan bahwa meskipun pemerintah menghentikan pendanaan untuk pelacakan biaya bencana, kenyataannya adalah peristiwa cuaca ekstrem terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Peristiwa cuaca ekstrem yang menyebabkan banyak kerusakan adalah salah satu cara utama bagi masyarakat untuk melihat bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan mempengaruhi kehidupan mereka,” kata Dahl.

Ia menambahkan, kalau sangat penting untuk menyoroti peristiwa-peristiwa ini, karena semua perubahan ini akan membuat warga Amerika semakin rentan terhadap dampak perubahan iklim
Sumber: https://www.ecowatch.com/noaa-climate-crisis-disasters-cost-tracking.html

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau