Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2025, 17:39 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Bima Arya Sugiarto, melakukan kunjungan ke fasilitas Material Recovery Facility (MRF) milik EcoBali yang berlokasi di Kabupaten Badung, Bali (10/5/2025).

Kunjungan ini bertujuan mempelajari ekosistem pengelolaan sampah serta mencari contoh praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab di Pulau Bali.

Kunjungan yang dilakukan secara mendadak ini menunjukkan perhatian Kementerian Dalam Negeri dalam memperkuat sistem pengelolaan sampah yang dimulai dari tingkat akar rumput, yaitu desa dan komunitas.

Dalam diskusi tersebut, Wamendagri menyampaikan dukungannya terhadap berbagai inisiatif EcoBali, terutama berkaitan dengan kolaborasi pengelolaan sampah di tingkat desa, pengaktifan kembali bank sampah, serta keterlibatan kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle).

Dia juga menekankan pentingnya penerapan sistem yang melibatkan partisipasi aktif pemerintahan lokal guna mengoptimalkan pengurangan sampah sejak dari sumbernya.

“Kami mengapresiasi EcoBali yang telah aktif dalam upaya pengelolaan sampah bertanggung jawab di Pulau Bali dan melibatkan komunitas sekitar,” ujar Wamendagri, Bima Arya.

Kunjungan ini juga menjadi momentum mendorong implementasi Surat Edaran Gubernur Bali No. 5 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah yang mewajibkan seluruh instansi hingga pelaku usaha pariwisata menerapkan pengelolaan sampah berbasis sumber serta pembatasan penggunaan plastik sekali pakai semakin diperkuat.

Wamendagri juga menyatakan ketertarikannya untuk kembali mengunjungi langsung bank sampah atau TPS3R mitra EcoBali dalam kunjungan selanjutnya, guna melihat secara lebih dekat bagaimana pengelolaan sampah bisa menjadi bagian dari penguatan kapasitas desa.

Dalam paparannya kepada Wamendagri, EcoBali menjelaskan, sampah yang diolah berasal dari sektor rumah tangga dan bisnis. EcoBali juga aktif dalam pendampingan desa dan sistem edukasi masyarakat.

Material sampah anorganik yang terkumpul di EcoBali kemudian dipilah lebih detail, diproses, dan disalurkan kepada mitra pengelola lanjutan, mendukung terciptanya ekosistem ekonomi sirkular.

“EcoBali berharap dapat hadir menjadi mitra pemerintah yang dapat memberikan contoh nyata dalam pengelolaan sampah yang bertanggung jawab," ujar Site Manager EcoBali, Ni Made Dwi Septiantari. 

"Melalui sistem yang terstruktur, partisipatif, dan berorientasi pada sirkularitas material, EcoBali menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan dampak dalam mengurangi beban sampah dan memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemilahan dari sumber,” tambahnya.

Baca juga: Sampah Jadi Listrik: Tangsel Akan Bangun PSEL, Akhiri Masalah Gunungan Sampah

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Provinsi Bali menghasilkan 1.167.451,75 ton sampah sepanjang 2024.

Kontribusi EcoBali dalam mengurangi hampir 2.000 ton sampah yang berakhir ke TPA di 2024 lalu menjadi bukti bahwa pendekatan berbasis edukasi, kemitraan, dan sistem yang terstruktur mampu memperkuat gerakan pengelolaan sampah berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau