Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya 11 Persen Negara Umumkan Target Iklim Terbaru Jelang COP30

Kompas.com - 12/05/2025, 15:08 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - International Institute for Environment and Development (IIED) mengungkapkan lebih dari 170 negara belum menyerahkan target iklim terbaru berdasarkan Perjanjian Paris.

Hal ini mengindikasikan adanya potensi kelambatan dalam aksi global untuk mengatasi perubahan iklim sesuai dengan kerangka kerja yang telah disepakati.

Keterlambatan ini menjadi perhatian karena pembaruan target iklim seharusnya diserahkan pada awal tahun 2025 untuk dievaluasi sebelum konferensi COP30.

Sebagai informasi, mekanisme penting dalam Perjanjian Paris adalah, setiap negara yang tergabung diminta menyusun rencana aksi iklim nasional (NDC).

Tujuan utama dari NDC ini adalah untuk menahan laju pemanasan global, dengan target utama membatasi kenaikan suhu di bawah 2 derajat C dan berupaya keras untuk mencapai batas yang lebih aman, yaitu 1,5 derajat C di atas tingkat suhu sebelum dimulainya revolusi industri.

Baca juga: Dari Piring, Melawan Perubahan Iklim

Para pihak dalam Perjanjian Paris harus menyerahkan NDC terbaru mereka untuk tahun 2035 paling lambat tanggal 10 Februari 2025.

Namun hanya 15 dari 195 pihak yang memenuhi tenggat waktu tersebut.

Sementara pada bulan Mei, jumlah negara yang menyerahkan pembaruan NDC mencapai 21.

Ini termasuk Zambia, Kuba, Maladewa, Montenegro, Jepang, Kanada, Kepulauan Marshall, Singapura, Zimbabwe, Ekuador, Saint Lucia, Andorra, Selandia Baru, Inggris Raya, Swiss, Uruguay, Brasil, Kenya, Moldova, dan Uni Emirat Arab.

AS mengumumkan penarikannya dari Perjanjian Paris setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif awal tahun ini.

Sedangkan hanya enam bulan tersisa sebelum para delegasi bertemu di Brasil untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB 2025 (UNFCCC COP30).

“Kita benar-benar perlu melihat negara-negara menyerahkan target iklim terbaru mereka. Target-target ini menunjukkan apakah para pemimpin dunia serius atau tidak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, yang sudah menimbulkan malapetaka di seluruh dunia,” kata Camilla More, peneliti diplomasi iklim di IIED, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Down to Earth, Senin (12/5/2025).

Lebih lanjut, Climate Action Tracker, sebuah penilaian independen berbasis sains yang melacak komitmen dan tindakan emisi negara-negara, meneliti 20 negara yang telah menyerahkan NDC mereka. Dari jumlah tersebut, mereka menganalisis 10 di antaranya.

Analisis menunjukkan bahwa hanya NDC Inggris Raya yang kompatibel dengan target 1,5 derajat C.

Meskipun target utama mereka dianggap ambisius, namun menurut Climate Analytics, target tersebut belum memenuhi bagian kontribusi yang adil dari Inggris Raya.

Baca juga: Apakah Melindungi Harimau di Hutan Bisa Atasi Perubahan Iklim?

Lembaga tersebut merekomendasikan peningkatan pendanaan iklim untuk negara berkembang. Selain itu, target iklim Inggris Raya untuk tahun 2030 dinilai tidak cukup ambisius dan tidak sejalan dengan tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.

Inggris juga berencana untuk menginvestasikan hampir 22 miliar poundsterling dalam penangkapan dan penyimpanan karbon.

Akan tetapi Mark Maslin, Profesor Ilmu Pengetahuan Alam dari University College London mengatakan ketergantungan pada teknologi ini dapat menghambat transisi menuju energi bersih dan memperpanjang ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Setiap tahun, biaya krisis iklim terus meningkat. Kita perlu melihat tindakan yang berani dan ambisius untuk memangkas emisi dan mendukung masyarakat beradaptasi dengan realitas baru serta mengatasi dampak yang tak terhindarkan. Kita tidak bisa membiarkan populisme jangka pendek bertindak sebagai rem pada aksi iklim,” tambah More.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau