KOMPAS.com - Studi terbaru yang diterbitkan di Nature Climate Change mengungkap fakta mencengangkan: dua pertiga pemanasan global sejak 1990 disebabkan oleh aktivitas dan gaya hidup 10 persen orang terkaya di dunia.
Ini adalah studi pertama yang secara kuantitatif mengaitkan kekayaan pribadi yang terkonsentrasi dengan peningkatan kejadian iklim ekstrem di dunia nyata.
“Kami menghubungkan jejak karbon individu terkaya secara langsung dengan dampak iklim di dunia nyata. Ini adalah pergeseran dari penghitungan karbon menuju akuntabilitas iklim,” kata Sarah Schoengart, ilmuwan ETH Zurich, dikutip dari Science Alert (10/5/2025)
Penelitian ini menggabungkan data ekonomi dan simulasi iklim untuk menunjukkan bagaimana emisi dari kelompok pendapatan tertinggi berkontribusi pada meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana iklim seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan.
Para peneliti menekankan bahwa jejak karbon orang kaya bukan hanya berasal dari gaya hidup konsumtif mereka, tetapi juga dari cara mereka menginvestasikan uangnya. Investasi dalam sektor-sektor intensif karbon turut memperbesar kontribusi mereka terhadap emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Energi Bersih Melonjak, tetapi Emisi Karbon Capai Titik Tertinggi
“Upaya mengatasi perubahan iklim akan kurang efektif jika tidak secara khusus menargetkan dan meminta pertanggungjawaban dari kelompok masyarakat terkaya yang memiliki kontribusi emisi terbesar,” kata Carl-Friedrich Schleussner dari International Institute for Applied Systems Analysis.
Salah satu kebijakan yang dinilai lebih adil dan efektif adalah pajak progresif atas kekayaan dan investasi berbasis karbon, dibandingkan pajak karbon biasa yang justru bisa membebani masyarakat berpendapatan rendah.
Meskipun sejumlah negara telah mendorong pajak terhadap super kaya dan korporasi besar, implementasinya berjalan lambat. Tahun lalu, Brasil selaku tuan rumah G20 mengusulkan pajak dua persen atas kekayaan bersih individu dengan aset di atas 1 miliar dolar AS. Namun, tindak lanjut konkret belum terlihat.
Pada 2021, hampir 140 negara sepakat untuk bergerak menuju pajak perusahaan global minimum 15 persen, tetapi pembicaraannya mandek di tengah jalan.
Menurut Forbes, hampir sepertiga miliarder dunia berasal dari Amerika Serikat. Sementara itu, data Oxfam menunjukkan bahwa 1 persen orang terkaya telah mengumpulkan kekayaan baru senilai 42 triliun dolar AS selama 10 tahun terakhir—lebih besar dari gabungan kekayaan 95 persen orang termiskin di dunia.
Baca juga: IMF: AI Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Biaya Emisi Karbon Bisa Dikelola
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya