Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim di Afrika, 200 Juta Orang Terancam Kelaparan

Kompas.com - 13/05/2025, 20:47 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com —Perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia telah menjadi ancaman nyata bagi benua Afrika.

Dalam laporan terbaru State of the Climate in Africa 2024 yang dirilis oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Senin (12/5/2025), situasi ini digambarkan sebagai krisis yang memperburuk kerawanan pangan, kekurangan air, dan menghambat pembangunan sosial-ekonomi di seluruh wilayah.

Afrika baru saja mengalami tahun terpanas—atau kedua terpanas—yang pernah tercatat, menandai akhir dari dekade dengan suhu tertinggi dalam sejarah benua itu. Suhu laut di Samudra Atlantik dan Laut Mediterania tercatat sangat tinggi dan terus meningkat, memicu kondisi cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens.

Sepanjang 2024, berbagai negara Afrika dilanda bencana iklim: banjir, tanah longsor, siklon, dan kekeringan. Curah hujan ekstrem antara Maret dan Mei menyebabkan lebih dari 700.000 orang mengungsi dan ratusan korban jiwa di Kenya, Tanzania, Burundi, dan kawasan Afrika Timur lainnya. Pada Mei, siklon pertama yang tercatat di wilayah itu memperparah kerusakan dengan membawa hujan deras dan angin kencang ke daerah yang sudah terdampak.

Dampak perubahan iklim tak hanya terasa di darat. Di Zambia, kekeringan panjang menyebabkan pemadaman listrik terburuk dalam sejarah negara itu. Air waduk Danau Kariba—sumber utama listrik tenaga air bagi Zambia dan Zimbabwe—susut drastis, memicu krisis energi hingga ke negara tetangga seperti Malawi. Zambia sendiri mengandalkan 84 persen pasokan listrik dari sumber air seperti danau dan sungai.

Menurut Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC), bencana iklim seperti banjir dan kekeringan telah menyebabkan lonjakan jumlah pengungsi internal di Afrika—sebesar enam kali lipat dibanding 15 tahun lalu.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Masa Depan Pisang

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran jangka panjang. Center for Global Development (CGD) memperingatkan bahwa lebih dari 200 juta orang di Afrika terancam mengalami kelaparan dan kekurangan gizi ekstrem karena gangguan pada hasil panen dan nilai lahan pertanian. Produksi pertanian diperkirakan turun hingga 2,9 persen pada 2030, bahkan bisa mencapai 18 persen pada pertengahan abad.

Ekonomi juga terdampak. PDB per kapita benua ini diprediksi turun 7,1 persen dalam jangka panjang, dengan potensi kerugian nasional antara 11,2 hingga 26,6 persen. Pendapatan dari tanaman pangan dapat anjlok hingga 30 persen, sementara tingkat kemiskinan rumah tangga yang bergantung pada pertanian bisa naik antara 20 hingga 30 persen dibanding skenario tanpa perubahan iklim.

Menanggapi krisis ini, Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menekankan pentingnya sistem peringatan dini dan adaptasi iklim yang ditingkatkan.

“Hal ini penting untuk mengatasi tantangan yang semakin kompleks dan dampak berjenjang dari perubahan iklim di Afrika. Situasi ini sangat mendesak dan semakin parah,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari Earth.org pada Selasa (13/05/2025).

Di tengah ancaman yang meningkat, ada secercah harapan dari pemanfaatan teknologi. Beberapa negara Afrika mulai menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau dan memprediksi bahaya cuaca lokal dengan lebih akurat. Layanan Meteorologi dan Hidrologi Nasional (NMHS) kini juga memanfaatkan aplikasi seluler, SMS peringatan, radio komunitas, hingga platform digital lainnya untuk menjangkau wilayah terpencil.

Nigeria dan Kenya, misalnya, memimpin penggunaan teknologi digital untuk menyampaikan informasi cuaca penting ke sektor pertanian dan perikanan. Afrika Selatan juga telah mengembangkan sistem prakiraan cuaca berbasis AI dan radar modern untuk memastikan prediksi yang lebih tepat waktu.

Hingga 2024, sebanyak 18 NMHS di Afrika telah meningkatkan infrastruktur digital mereka berkat dukungan WMO—membuka jalan bagi sistem informasi iklim yang lebih kuat dan responsif di tengah krisis yang tak kunjung reda.

Baca juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim dalam Kehidupan Sehari-hari

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau