Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah, Sumber Emisi yang Terabaikan dan Peluang Ekonomi yang Terlupakan

Kompas.com - 13/05/2025, 16:44 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, mengatakan bahwa pengelolaan sampah merupakan strategi penting dalam mitigasi perubahan iklim sekaligus upaya mendorong ekonomi sirkular yang menguntungkan masyarakat.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara Belantara Learning Series Episode 12, Kamis (8/5/2025).

Berdasarkan data Global Waste Management Outlook 2024, sebanyak 38 persen sampah global tidak terkelola dengan baik. Kondisi ini berdampak buruk pada perubahan iklim, berpotensi menghilangkan keanekaragaman hayati, dan menyebabkan polusi.

Pengelolaan sampah berkelanjutan bukan sekadar kewajiban lingkungan, tetapi merupakan langkah menuju masa depan yang tangguh dan rendah karbon,” kata Dolly dalam keterangan resminya, Selasa (13/5/2025).

Baca juga: Kunjungan Wamendagri ke EcoBali Perkuat Sistem Pengelolaan Sampah Desa di Bali

Ia menambahkan bahwa strategi pengelolaan sampah harus mencakup kerja sama dengan banyak pihak, inovasi teknologi, reformasi kebijakan, dan partisipasi publik. Menurutnya, ketika masyarakat mengelola sampah secara bertanggung jawab, tidak hanya lingkungan yang terlindungi, tetapi juga terbuka peluang ekonomi berkelanjutan.

Senada dengan Dolly, Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular Kementerian Lingkungan Hidup, Agus Rusly, menyebut bahwa sampah memperparah pemanasan global karena menghasilkan gas rumah kaca. Ia menekankan bahwa pendekatan lama berupa “kumpul-angkut-buang” tidak lagi relevan.

“Sebagai penghasil sampah aktif, kita harus memiliki rasa tanggung jawab untuk mengelola sampah yang dihasilkan,” ujar Agus.

Ia juga menyatakan bahwa masyarakat harus mulai melihat daya guna sampah sehingga praktik ekonomi sirkular bisa mulai dilakukan. Menurutnya, regulasi yang ada seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 telah mengamanatkan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.

Namun, meski demikian, kesadaran masyarakat dinilai masih menjadi tantangan utama. CEO Bank Sampah Digital, Desty Eka Putri Sari, mengatakan bahwa banyak yang belum memahami bahwa sampah bukan hanya limbah, tetapi juga bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi bagi lingkungan.

Padahal, menurut Desty, selama lima tahun menjalankan ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah, Bank Sampah Digita, secara totall telah menghasilkan lebih dari Rp900 juta yang membantu perekonomian keluarga nasabahnya, bisa membagikan paket sembako untuk pemulung, dan menyediakan 24.000 liter air bersih.

Baca juga: Picu Krisis Iklim, Metana dari Sampah Harus Segera Diatasi

Di sisi lain, Ketua Bank Sampah Induk New Normal, Yasra Al-Fariza mengatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut ia menekankan pentingnya pendekatan langsung kepada masyarakat. oleh sebab itu, ia dan timnya aktif memberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah, membuat kerajinan tangan dari sampah hingga budidaya maggot untuk sampah organik.

“Kesadaran tidak tumbuh instan. Tapi ketika masyarakat melihat manfaat langsung, persepsi mereka akan berubah,” ujarnya.

Hingga saat ini, Bank Sampah Induk New Normal telah dikunjungi antara 1.000 hingga 2.000 orang yang ingin belajar pengelolaan sampah. Adapun, produk yang dihasilkan oleh masyarakat binaan antara lain tas, taplak meja, goody bag, bunga hias, hingga bangku taman.

Meski demikian, Rektor Universitas Pakuan, Didik Notosudjono, selaras mengatakan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat, terutama di daerah perkotaan dan pesisir, masih tetap menjadi kendala utama.

Oleh sebab itu, ia menegaskan perlunya pendekatan lintas sektor yang melibatkan semua pihak secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Baca juga: Picu Krisis Iklim, Metana dari Sampah Harus Segera Diatasi

“Hanya dengan empat cara—komitmen regulatif, perubahan perilaku individu, kemitraan lintas sektor, dan pengembangan inovasi teknologi serta bisnis—pengelolaan sampah berkelanjutan bisa terwujud dengan baik,” pungkasnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau