Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Punya PLTS Atap Berkapasitas 10,9 GW tapi Pemanfaatannya Baru 1 Persen

Kompas.com - 16/05/2025, 11:16 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan bahwa Bali memiliki PLTS atap berkapasitas 3,3-10,9 gigawatt (GW). Akan tetapi, pemanfataannya kurang dari 1 persen sejak dirilis pada Juli 2023.

Oleh karenanya, Gubernur Bali, I Wayan Koster, meluncurkan program Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap untuk mencapai Bali Mandiri Energi.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawa, menjelaskan percepatan tersebut akan berkontribusi pada peningkatan bauran energi terbarukan di Bali.

“Jika percepatan pemanfaatan PLTS atap dilakukan secara masif, maka bauran energi terbarukan akan meningkat secara signifikan," ungkap Ida Bagus dalam keterangannya, Kamis (15/5/2025).

Baca juga: Proyek PLTS Aslan di Batam Diklaim Bisa Ciptakan 2.000 Pekerjaan

"Dengan demikian, target Bali NZE 2045 bukan sekadar wacana, tetapi menjadi tujuan yang benar-benar dapat dicapai,” imbuh dia.

Sementara itu, I Wayan Koster menyampaikan percepatan pemanfaatan PLTS atap khususnya di bangunan pemerintah, fasilitas publik, dan sektor bisnis di Bali. Ini merupakan satu dari tiga arah kebijakan gubernur.

“Semua kantor pemerintah provinsi, kabupaten, kota harus pakai PLTS Atap. Juga semua hotel, vila, sekolah-sekolah, kampus, dan pasar,” ucap Wayan.

Adapun ketergantungan Bali pada pasokan listrik berbasis fosil, termasuk ketergantungan kabel laut Jawa-Bali mencapai 400 megawatt. Menurut IESR, kondisi itu menunjukkan kerentanan sistem energi yang ada saat ini. 

Baca juga: Instalasi PLTS Global Diprediksi Tembus 1TW per Tahun di 2030

PLTS atap dinilai sebagai solusi cepat, fleksibel, dan cocok dengan kondisi geografis serta struktur sosial-ekonomi Bali yang tersebar untuk meningkatkan keamanan pasokan energi.

Tingkatkan Pasokan Energi

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, berpandangan PLTS atap yang dilengkapi dengan battery energy storage system (BESS) adalah cara yang cepat dan murah dalam meningkatkan sumber pasokan energi listrik di Bali.

Selain itu, mengurangi risiko gagal pasok listrik dari Jawa akibat terganggunya kabel interkoneksi yang memasok 25-30 persen listrik di wilayah tersebut.

“PLTS Atap dan BESS juga dapat menjadi solusi untuk mengelola laju permintaan listrik yang tinggi pasca pandemi, dan mengurangi tekanan kepada PLN untuk menambah pasokan baru untuk memenuhi kecukupan pasokan listrik,” jelas Fabby.

Berdasarkan kajian IESR dengan CORE Universitas Udayana, PLTS atap menjadi kunci peningkatan bauran energi terbarukan khususnya di sektor bangunan.

Baca juga: Pecah Rekor, Kapasitas PLTB dan PLTS China Salip Pembangkit Listrik Termal

Pemanfaatan pembangkit listrik yang masif berkontribusi pada penghematan biaya listrik, menciptakan lapangan kerja hijau baru, hingga perluasan partisipasi masyarakat dalam transisi energi.

Pihaknya merekomendasikan agar pemerintah melakukan revisi terhadap Peraturan Menteri ESDM Nokor 2 Tahun 2024 yang mengatur tentang PLTS atap untuk mencabut sistem kuota, memperkenalkan kembali skema net-metering dan penggunaan PLTS dengan BESS pada bangunan industri ataupun komersial.

"Revisi ini akan membuka kesempatan luas konsumen listrik di Bali dan di seluruh Indonesia untuk memasang PLTS Atap sebagai pembangkit terdistribusi dan memperkuat ketahanan energi di Indonesia," tutur Fabby.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau