Kemudian ada pasang surut pendanaan konservasi, sementara masyarakat menghadapi tekanan ekonomi baru. Namun, Meru masih berdiri, masih terjaga, masih penuh kehidupan. Dan itu bukan kebetulan.
Taman ini adalah pengingat bahwa tidak ada warisan yang bertahan tanpa perawatan, dan bahwa tidak ada ruang liar yang bertahan tanpa orang-orang yang bersedia memperjuangkannya – bukan dengan gerakan besar, tetapi dengan tindakan yang disengaja dan dilakukan setiap hari.
“Semua ini kami lakukan untuk mewariskan nya pada generasi mendatang,” tegas Grace.
Baca juga: Ekonomi 11 Negara Asia-Pasifik Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Mana Saja?
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Meru tidak terpaku pada waktu. Meru berevolusi, beradaptasi, dan terus maju.
Meru dibentuk oleh para pemimpin yang bersemangat, masyarakat yang berdedikasi, dan para pendidik yang berkomitmen yang merupakan pengelola sejati bagi tanah. Meru telah mendapatkan kesempatan kedua dan sekarang kesempatan ketiga. Kali ini, bergantung pada kita untuk memastikannya berarti.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya