Fokusnya adalah membangun program konservasi jangka panjang untuk memastikan masa depan Meru tetap hidup, dan tidak akan pernah terlupakan lagi. Melalui kemitraan dengan Kenya Wildlife Service dan Born Free Foundation, Meru mulai dibangun kembali.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Taman Nasional Meru menghadapi krisis perburuan liar yang parah yang secara drastis mengurangi populasi satwa liarnya.
Gajah menjadi hewan yang paling terdampak, dengan jumlah yang menurun drastis dari ribuan menjadi hanya beberapa ratus selama periode ini.
Badak benar-benar punah dari daerah tersebut, yang menyebabkan penurunan signifikan dalam pariwisata dan muncul lagi diskusi tentang kemungkinan pencabutan status taman nasional.
Upaya konservasi terpadu, termasuk pendirian tempat perlindungan badak pada tahun 2002 dan pengenalan kembali berbagai spesies ke tanah ini, merupakan contoh nyata konservasi berkontribusi terhadap pemulihan taman secara bertahap.
Saat ini, taman ini menjadi rumah bagi gajah, cheetah, zebra Grevy, jerapah reticulated, dan lebih dari 75 singa yang diyakini merupakan keturunan dari singa-singa yang awalnya dilepaskan di sini. Elsa, singa betina itu masih hidup dengan kuat.
Baca juga: Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim
Namun, mempertahankan Meru tetap seperti ini membutuhkan komitmen besar. Perubahan iklim menjadi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Wilayah ini telah mengalami peningkatan suhu dan penurunan curah hujan selama beberapa dekade terakhir yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan.
Pada tahun 2022, Kenya menghadapi salah satu yang terburuk dalam sejarah terkini, yang mengakibatkan kematian banyak spesies karena kekurangan makanan dan air.
Di Meru, curah hujan telah menurun hingga hanya sepertiga dari jumlah yang turun pada tahun 1990, dan suhu telah meningkat antara 0,5 dan 1 derajat Celcius.
Perubahan iklim ini telah menyebabkan tekanan panas dan air yang lebih besar di seluruh lanskap, yang memengaruhi satwa liar dan tumbuhan. Sebagian besar negara mengalami sungai mengering, panen gagal, dan masyarakat mengalami krisis.
Baca juga: Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini
Meski begitu, upaya keras Meru untuk bangkit kembali telah membuahkan hasil. Walau mempertahankan garis pertahanan menjadi semakin sulit karena dampak iklim semakin kuat di wilayah tersebut.
Di Elsa's Kopje, tim telah mengamati hal ini secara langsung. Satwa liar semakin terkonsentrasi di sekitar sumber air. Tumbuhan, yang biasanya rimbun setelah hujan, menipis.
Di taman-taman terdekat seperti Amboseli, kondisinya menjadi sangat parah sehingga tim Elewana Collection, yang mengoperasikan Elsa's Kopje, harus memobilisasi bantuan darurat untuk masyarakat sekitar.
Grace dan timnya di lokasi tersebut bekerja sama erat dengan Born Free Foundation dan Kenya Wildlife Service, melacak pergerakan hewan, melaporkan cedera, dan membantu dengan data waktu nyata yang mendukung upaya perlindungan spesies dan ketahanan iklim.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya