Namun, kerja raksasa sehubungan karbon, tak bisa bertopang pada satu aspek. Salah satunya "carbondioxide removal" (CDR) atau penghapusan karbondioksida.
Cara ini berkepentingan menghilangkan CO2 dari atmosfer. Lebih konkretnya menghilangkan CO2 yang sudah lama berada di atmosfer.
Baca juga: Dua Sisi Gasifikasi Batu Bara
Pendekatan CDR meliputi penangkapan udara langsung yang digabungkan dengan penyimpanan tahan lama, penyerapan karbon tanah, penghapusan dan penyimpanan karbon biomassa, mineralisasi yang ditingkatkan, CDR berbasis laut, dan penghijauan.
Biochar contohnya adalah temuan teknologi yang penting untuk penghapusan karbon ini. Situs "Carbonfuture" menjelaskan, biochar dibuat dengan memanaskan biomassa, seperti sisa kayu atau limbah tanaman pada suhu tinggi (500-700 derajat Celcius), dan dalam lingkungan dengan oksigen terbatas melalui proses yang disebut pirolisis.
Tidak seperti dalam proses pembakaran "standar", yaitu pembakaran, sebagian karbon dari bahan induk tetap sebagai biochar setelah proses pirolisis dan tidak dipancarkan sebagai CO2.
Masih mengutip "Carbonfuture", struktur inti biochar yang sangat berpori disebut-sebut dapat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan retensi air dan retensi nutrisi dalam tanah, meningkatkan aktivitas mikroba, serta meningkatkan penumpukan karbon organik tanah. Bukan itu saja, biochar diklaim meningkatkan hasil panen antara 10 hingga 42 persen.
Misalkan, teknologi biochar diadaptasi di sektor pertanian dan kehutanan yang diprediksi menyumbang sekitar 13 persen dari total sampah karbon Indonesia, negeri kita dapat menyisir jalan yang lebih beragam untuk mewujudkan nol emisi di tahun 2060 (target Indonesia lebih lambat sepuluh tahun dari target global). Ini adalah pendekatan berbasis teknologi yang layak dicoba.
Ada begitu banyak perusahaan negara serta swasta yang berkecimpung di sektor pertanian dan kehutanan yang tak hanya mengejar keuntungan ekonomi, tapi juga bertanggung jawab atas sampah karbon yang keluar dari aktivitas mereka.
Cara-cara alami (nature based) untuk menurunkan atau menghapus sampah karbon di atmosfer tak pernah cukup. Pendekatan-pendekatan berbasis teknologi (technology based) adalah dua sisi dalam mata uang yang sama.
Panel antarpemerintah tentang perubahan iklim (IPCC) mengingatkan, saban tahun, negara-negara di dunia perlu menghilangkan 6-10 metrik gigaton atau miliar ton CO2 untuk mencapai nol emisi tahun 2050.
Adapun kapasitas CDR atau "carbon removal" dunia, sebagian besar cara alami, hanya dua miliar ton CO2. Artinya ada kesenjangan sebesar 4-8 miliar ton CO2 untuk memenuhi persyaratan nol emisi.
Teknologi sangat berperan penting. Dan sebagaimana sejarah peradaban berjalan, teknologi penghapusan karbon juga wajib meniti kurva pembelajaran yang telaten dan ajeg agar tiba pada aplikasi teknologi yang mumpuni secara manfaat atau kegunaan, efisien, murah dan sederhana.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya