Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu

Kompas.com - 07/06/2025, 17:06 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Ahli Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) IPB University, Steven Solikin, mengatakan bahwa perubahan iklim berperan signifikan dalam penggelapan laut.

Steven menjelaskan bahwa laut yang makin gelap bermula dari penurunan kedalaman zona fotik, yaitu lapisan laut yang menerima cahaya matahari dan menjadi penopang utama lebih dari 90 persen kehidupan laut.

Selain itu, perubahan komunitas fitoplankton turut memengaruhi kondisi ini. Fitoplankton berperan besar dalam menentukan sifat optik air laut, sehingga pergeseran komposisi dan distribusinya berdampak pada tingkat kejernihan.

“Perubahan dalam komposisi dan distribusi fitoplankton sebagai produsen primer dalam rantai makanan laut turut mempengaruhi kejernihan air,” ujar Steven sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman resmi IPB University, Rabu (5/6/2025).

Ia menambahkan bahwa kenaikan suhu permukaan laut memperburuk keadaan. Pemanasan menyebabkan stratifikasi termal yang menghambat pencampuran nutrien dari lapisan bawah ke permukaan, sehingga produktivitas fitoplankton terus menurun.

Perubahan pola sirkulasi laut juga memengaruhi distribusi nutrien dan organisme mikroskopis lainnya, yang secara langsung berdampak pada warna dan kejernihan laut.

Baca juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Bisa Jadi Bencana, meski Target 1,5°C Tercapai

“Selain itu, fenomena ini juga berdampak luas terhadap ekosistem laut. Penurunan intensitas cahaya di dalam laut menyebabkan menurunnya produktivitas primer karena berkurangnya fotosintesis oleh fitoplankton,” kata Steven.

Kondisi ini, menurut Steven, menimbulkan efek berantai. Penurunan fitoplankton memengaruhi zooplankton, ikan, hingga mamalia laut, bahkan dapat menyebabkan rantai makanan terganggu, dan habitat alami berubah.

Organisme laut yang bergantung pada cahaya untuk navigasi, reproduksi, dan mencari makan terpaksa berpindah ke lapisan yang lebih dangkal. Hal ini meningkatkan kompetisi dan risiko interaksi predator yang tidak seimbang.

Adapun, perubahan warna laut, lanjut Steven, mencerminkan pergeseran komposisi organisme dan partikel orgaik. Dampaknya adalah penurunan populasi fitoplankton, ikan, dan predator lainnya.

“Ekosistem seperti terumbu karang dan lamun pun terancam karena kekurangan cahaya menghambat proses fotosintesis tanaman laut,” ujarnya.

Hal itu menjadi penting untuk segera diatasi. Steven menyarankan agar dilakukan pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan pemantauan laut dengan teknologi satelit, serta perlindungan dan restorasi ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang.

Sebagai langkah mitigasi, ia juga mendorong konservasi ekosistem laut, pengurangan polusi nutrien dari limbah pertanian dan industri, peningkatan edukasi publik, serta penguatan riset dan kolaborasi internasional dalam menangani tantangan global ini.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Laut Menderita, Dampaknya Bisa Seret Kita Semua

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau