Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Ancam Ekosistem Kerapu dan Ketahanan Pangan di Raja Ampat

Kompas.com - 06/07/2025, 18:04 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Aktivitas pertambangan di Raja Ampat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan ekosistem laut, khususnya habitat ikan kerapu, sekaligus mengancam ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat pesisir.

Guru Besar Ilmu Ekologi Pesisir dan Laut IPB University, Dietriech Geoffrey Bengen, menjelaskan bahwa dampak pertambangan terhadap perairan bisa bersifat langsung maupun tidak langsung.

“Salah satu dampak langsung adalah sedimentasi tinggi akibat erosi tanah tambang, yang menyebabkan kekeruhan air. Sedimen tersebut dapat menutup terumbu karang dan padang lamun, dua habitat penting bagi ikan kerapu untuk bertelur dan berlindung,” ujar Dietriech sebagaimana dikutip dari keterangannya di laman IPB University, Sabtu (5/7/2025).

Lebih lanjut, Dietriech mengatakan bahwa limbah tambang yang mengandung logam berat seperti nikel, merkuri, dan arsen dapat menjadi racun bagi biota laut. Telur dan larva kerapu sangat rentan terhadap paparan logam berat ini, yang dapat menyebabkan gangguan reproduksi hingga pertumbuhan.

Baca juga: Pesut Mahakam Tinggal 62 Ekor, Limbah Tambang Jadi Ancaman Besarnya

Logam berat ini juga dapat terakumulasi dalam tubuh organisme laut dan terus meningkat konsentrasinya dalam rantai makanan, hingga akhirnya berdampak pada manusia.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

“Dalam budidaya, kualitas air yang menurun menyebabkan stres pada ikan, meningkatkan risiko penyakit, hingga kematian massal. Ini jelas merugikan secara ekonomi dan mengancam ketahanan pangan masyarakat pesisir,” jelas Dietriech.

Di sisi lain, lalu lintas kapal tambang juga menimbulkan gangguan tersendiri. Kapal-kapal besar dapat merusak alat tangkap nelayan, menimbulkan kebisingan yang mengganggu migrasi ikan, dan meningkatkan risiko pencemaran akibat tumpahan minyak.

Hal ini dapat memicu konflik ruang antara aktivitas industri dan perikanan tradisional.

Padahal, Raja Ampat selama ini dikenal sebagai salah satu pusat produksi ikan kerapu nasional dan internasional.

Menurut Dietriech, wilayah ini merupakan bagian dari segitiga karang dunia, yang menjadi habitat asli kerapu dan ideal untuk perikanan tangkap maupun budidaya.

Pemerintah daerah bersama sejumlah pemangku kepentingan disebut telah menunjukkan komitmennya dalam pengembangan budi daya dan pembibitan kerapu sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.

Sejak 2005, Raja Ampat aktif terlibat dalam perdagangan ikan kerapu hidup, dengan hasil tangkapan alam yang dipasok ke kota-kota besar seperti Makassar dan Kendari, lalu diekspor ke Hongkong dan Tiongkok.

Baca juga: Tambang Ganggu Ekosistem Terumbu Karang, Ancam Ikan Napoleon

Lebih jauh, Dietriech mengatakan bahwa untuk mendorong produktivitas dan nilai tambah, pemerintah terus menggalakkan penyebaran benih dan penerapan teknologi budidaya secara berkelanjutan.

Namun, keberadaan tambang justru mengancam keseluruhan rantai ini. Kerusakan pada terumbu karang dan padang lamun akibat pertambangan dapat mengganggu rantai makanan alami dan menghambat pertumbuhan benih kerapu, yang ujungnya berdampak pada menurunnya volume produksi dan dapat berdampak pada penghidupan masyarakat pesisir.

Oleh sebab itu, Dietriech menekankan bahwa perlindungan ekosistem laut seperti di Raja Ampat adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi dan sosial masyarakat.

“Raja Ampat bukan hanya destinasi wisata dan pusat produksi kerapu dunia, tapi juga simbol penting dari upaya kita menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam,” tegas Dietriech.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau