Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Targetkan Nol Kusta pada 2030, Termasuk Nol Diskriminasi

Kompas.com, 5 Juli 2025, 09:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kesehatan menargetkan Indonesia mencapai empat “nol” pada tahun 2030, yaitu nol kusta, nol infeksi baru, nol stigma, dan nol diskriminasi.

Target ini bukan hanya menyasar aspek medis, tetapi juga menyangkut keadilan sosial dan pemenuhan hak asasi manusia.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa pemerintah ingin memastikan masyarakat yang terjangkit kusta tetap mendapat perlindungan dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan layanan primer. Seluruh penanganan, dari pemeriksaan hingga pengobatan, ditanggung negara.

“Penanganan kusta tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga soal pemenuhan hak asasi manusia. Hak untuk sehat, hak atas informasi, dan akses pengobatan,” kata Ina dalam media briefing menjelang 22nd International Leprosy Congress, Jumat (4/7/2025).

Kemenkes berkoordinasi bersama Kementerian Sosial, untuk memperkuat dukungan sosial dan ekonomi bagi penyintas, terutama mereka yang mengalami disabilitas akibat kusta.

Baca juga: PT APL Luncurkan Program APL Peduli, Dukung Kesehatan dan Pendidikan Anak Indonesia

Ina mengatakan bahwa pihaknya memiliki program pemberdayaan dan rehabilitasi untuk para penyintas, termasuk dukungan berkelanjutan pasca-sembuh.

Program ini juga mencakup pendampingan terhadap anggota keluarga penyintas, agar mereka tetap mendapat akses layanan kesehatan secara menyeluruh.

Menurut Ina, upaya ini menjadi bagian dari komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (kehidupan sehat) dan SDG 10 (pengurangan ketimpangan).

Kerja sama internasional juga menjadi bagian dari strategi eliminasi kusta dan stigmanya. Salah satunya adalah kolaborasi dengan Sasakawa Foundation, yang telah lebih dari tiga dekade fokus mengatasi eliminasi kusta dan stigma terhadap penderita kusta di berbagai negara.

Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil

Takahiro Nanri, Direktur Eksekutif Sasakawa Foundation, menyatakan bahwa tantangan stigma bukan hanya di Indonesia, tetapi juga pernah dialami di Jepang. Menurutnya, mengatasi kusta harus dilihat sebagai bagian dari pemenuhan hak asasi manusia, bukan semata urusan medis.

“Selama 30 tahun, kami bekerja dengan lebih dari 30 organisasi di 25 negara untuk mendorong perubahan cara pandang terhadap kusta,” ujarnya. 

Dengan pendekatan lintas sektor, berbasis HAM, dan dukungan komunitas internasional, pemerintah berharap eliminasi kusta 2030 bisa diwujudkan tidak hanya sebagai target kesehatan, tetapi juga sebagai cermin sistem yang lebih adil dan menghilangkan ketimpangan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Pemerintah
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Pemerintah
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
LSM/Figur
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau