JAKARTA, KOMPAS.com — Membangun rantai pasok agrifood yang lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan bisa mendorong terciptanya pangan berkelanjutan dan percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Hal itu diungkapkan oleh akademisi IPB yang juga Ketua Departemen Manajemen FEM IPB University, Eko Ruddy Cahyadi saat menjadi dosen tamu di Songkhla Rajabhat University (SKRU), Thailand, Rabu (9/7/2025).
Dalam kuliah umum bertema “Enhancing Sustainable Agrifood Supply Chain through Digital Innovation”, Eko menekankan pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things (IoT), blockchain, dan big data, untuk memperkuat transparansi, mempercepat distribusi pasokan, dan meminimalkan limbah dalam sistem pangan global.
Baca juga: Inovasi Doktor Termuda IPB yang Kembangkan Metode Deteksi Kerusakan akibat Karhutla
"Digitalisasi bukan sekadar alat bantu, melainkan fondasi transformasi untuk mewujudkan sistem pangan yang adil dan berkelanjutan. Ini sangat relevan dalam mendukung agenda SDGs, khususnya terkait ketahanan pangan, aksi iklim, dan kemitraan global," ujar Eko Ruddy Cahyadi dalam keterangan resminya, Jumat (11/7/2025).
Eko menyebut, upaya untuk membangun rantai pasok yang efisien dengan memanfaatkan teknologi digital telah dirintis oleh IPB maupun para alumni kampus tersebut melalui pengembangan berbagai Mobile Apps for Smart Farming.
Dalam kesempatan itu, IPB juga menjalin kerja sama dengan Songkhla Rajabhat University untuk penguatan kerja sama antara Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB dan Faculty of Management Science SKRU.
Selain itu, IPB juga memfasilitasi mahasiswanya untuk Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Internasional. Program ini berlangsung selama 27 hari di Thailand dan mencakup kegiatan pertukaran budaya, pengajaran bahasa, hingga pendampingan komunitas lokal.
Baca juga: Hijau Tak Sekadar Seremonial, United Tractors (UNTR) Tanam 1.000 Pohon di IPB
Dalam kesempatan yang sama, IPB dan Songkhla Rajabhat University juga menjajaki peluang riset bersama terkait pengembangan geopark di dua lokasi unggulan, Satun Geopark di Thailand dan Geopark Halimun Salak di Indonesia.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi model kerja sama riset lintas negara yang mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya