Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan

Kompas.com, 11 Juli 2025, 18:56 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com — Membangun rantai pasok agrifood yang lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan bisa mendorong terciptanya pangan berkelanjutan dan percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Hal itu diungkapkan oleh akademisi IPB yang juga Ketua Departemen Manajemen FEM IPB University, Eko Ruddy Cahyadi saat menjadi dosen tamu di Songkhla Rajabhat University (SKRU), Thailand, Rabu (9/7/2025).

Dalam kuliah umum bertema “Enhancing Sustainable Agrifood Supply Chain through Digital Innovation”, Eko menekankan pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things (IoT), blockchain, dan big data, untuk memperkuat transparansi, mempercepat distribusi pasokan, dan meminimalkan limbah dalam sistem pangan global.

Baca juga: Inovasi Doktor Termuda IPB yang Kembangkan Metode Deteksi Kerusakan akibat Karhutla

"Digitalisasi bukan sekadar alat bantu, melainkan fondasi transformasi untuk mewujudkan sistem pangan yang adil dan berkelanjutan. Ini sangat relevan dalam mendukung agenda SDGs, khususnya terkait ketahanan pangan, aksi iklim, dan kemitraan global," ujar Eko Ruddy Cahyadi dalam keterangan resminya, Jumat (11/7/2025).

Eko menyebut, upaya untuk membangun rantai pasok yang efisien dengan memanfaatkan teknologi digital telah dirintis oleh IPB maupun para alumni kampus tersebut melalui pengembangan berbagai Mobile Apps for Smart Farming.

Dalam kesempatan itu, IPB juga menjalin kerja sama dengan Songkhla Rajabhat University untuk penguatan kerja sama antara Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB dan Faculty of Management Science SKRU.

Selain itu, IPB juga memfasilitasi mahasiswanya untuk Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Internasional. Program ini berlangsung selama 27 hari di Thailand dan mencakup kegiatan pertukaran budaya, pengajaran bahasa, hingga pendampingan komunitas lokal.

Baca juga: Hijau Tak Sekadar Seremonial, United Tractors (UNTR) Tanam 1.000 Pohon di IPB

Dalam kesempatan yang sama, IPB dan Songkhla Rajabhat University juga menjajaki peluang riset bersama terkait pengembangan geopark di dua lokasi unggulan, Satun Geopark di Thailand dan Geopark Halimun Salak di Indonesia.

Kolaborasi ini diharapkan menjadi model kerja sama riset lintas negara yang mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan ASEAN.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau