Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus

Kompas.com, 11 Juli 2025, 22:04 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Leptospirosis masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

Kondisi lingkungan yang kotor dan drainase yang buruk membuat bakteri tersebut semakin mudah menyebar.

Dosen Fakultas Pertanian IPB University, Swastiko Priyambodo, menjelaskan bahwa bakteri Leptospira sp menyebar melalui urin tikus yang mencemari air atau permukaan lain di lingkungan sekitar. Genangan air menjadi medium utama penyebaran penyakit ini, terutama saat musim hujan.

“Setiap wilayah yang memiliki genangan air rawan menjadi tempat persebaran penyakit leptospirosis,” ujar Swastiko kepada Kompas.com, Jumat (11/7/2025).

Swastiko menjelaskan tiga cara utama penyebaran leptospirosis. Di permukiman padat penduduk, tikus got (Rattus norvegicus) menyebarkan bakteri melalui air got dan genangan.

Di area pertanian, tikus sawah (Rattus argentiventer) menularkan melalui air di lahan pertanian. Di dalam rumah, penularan bisa terjadi jika makanan atau peralatan terkena urin tikus rumah yang terkontaminasi.

“Bakteri ini tetap bisa bertahan di permukaan kering. Jadi tidak selalu harus melalui genangan air yang masuk dari lubang-lubang alami tubuh kita,” katanya.

Baca juga: Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir

Ia menyoroti buruknya sanitasi lingkungan dan pengelolaan sampah sebagai penyebab utama meningkatnya risiko penyebaran leptospirosis. Tong sampah terbuka, tumpukan sampah di pemukiman, dan minimnya pengendalian populasi tikus menciptakan habitat ideal bagi penyebaran penyakit.

“Saat saya sekolah di Jerman, tidak ada tempat sampah besar di area permukiman yang terbuka. Di Indonesia, masih banyak tempat sampah yang dibiarkan terbuka dan menumpuk, sehingga menjadi habitat tikus,” ujar Swastiko.

Tingginya curah hujan yang tidak diimbangi dengan drainase memadai turut memperparah situasi. Genangan dan banjir bukan hanya menyulitkan aktivitas warga, tapi juga meningkatkan risiko paparan bakteri Leptospira.

“Banjir jadi masalah yang belum ada jalan keluarnya. Masyarakat terpaksa tetap beraktivitas di tengah genangan air yang mungkin sudah terkontaminasi,” ujarnya.

Untuk mencegah infeksi, Swastiko menganjurkan penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu bot, masker, dan sarung tangan, serta memastikan luka di tubuh tertutup rapat saat beraktivitas di lingkungan banjir.

Di lingkungan rumah, kebersihan harus dijaga dengan rajin mengepel lantai menggunakan karbol, yang bisa membunuh bakteri dan menutup celah yang bisa dimasuki tikus.

Baca juga: 5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan

Ia juga menyarankan pengendalian tikus secara langsung di rumah tangga. Menurutnya, penggunaan perangkap konvensional seperti racun tikus sering kali tidak lagi efektif karena tikus sudah terbiasa menghindari jebakan (trap shyness) maupun umpan (bait shyness) akibat banyaknya sumber makanan di rumah.

“Saya di rumah biasanya pakai lem untuk nangkap tikus, itu lebih efektif. Sebenarnya dipukul langsung dengan sapu juga bisa, tapi sering kali susah dilakukan,” katanya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau