Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global

Kompas.com, 11 Juli 2025, 16:43 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika Israel menyerang Iran, pasar energi di seluruh dunia menahan napas. Pasalnya, harga acuan minyak mentah Brent, yang sering dianggap sebagai tolok ukur risiko geopolitik, naik ke puncaknya di 81,40 dollar AS.

Investor juga sangat cemas karena AS terlibat langsung di dekat Selat Hormuz, jalur penting yang dilewati 20 persen pasokan minyak dunia.

Namun, Henok Asmelash, seorang profesor hukum di Birmingham Law School, Inggris melihat bahwa geopolitik yang memengaruhi pasokan semacam itu justru bisa menjadi momen mendorong negara-negara pengimpor minyak dan gas untuk mempercepat peralihan mereka menuju sumber energi yang lebih bersih.

Baca juga: Transisi Energi Terbarukan yang Adil Tingkatkan PDB Global 21 Persen

"Ketika harga minyak mahal, investasi pada energi terbarukan jadi lebih menarik. Ini karena energi terbarukan, yang mungkin awalnya terlihat mahal, menjadi lebih bersaing secara harga dibandingkan dengan minyak yang melonjak tinggi sehingga mendorong lebih banyak orang atau perusahaan untuk berinvestasi pada energi bersih," katanya dikutip dari Eco Business, Kamis (10/7/2025).

Proses ini sudah berlangsung di Britania Raya. Bulan lalu, Menteri Energi Inggris Ed Miliband menegaskan kembali komitmen untuk mendekarbonisasi ekonomi dan mendorong pertumbuhan bisnis hijau, menyusul invasi Rusia ke Ukraina dan kenaikan harga energi yang diakibatkannya.

"Kami memiliki tekad yang kuat untuk keluar dari gejolak pasar bahan bakar fosil dengan energi yang lebih murah, bersih, dan berasal dari dalam negeri yang kami kendalikan,” katanya.

Contoh lain juga datang dari Ethiopia di mana harga minyak yang tinggi membantu mempercepat transisi energi.

Etiopia menjadi negara pertama yang melarang kendaraan berbahan bakar bensin dan diesel. Kebijakan ini muncul karena biaya bahan bakar dan kesulitan Ethiopia dalam membiayai impor minyak.

Pemerintah pun berupaya mendorong mobil listrik karena negara ini memproduksi sebagian besar listriknya dari sumber energi terbarukan dan hal ini berdampak signifikan dan nyata terhadap transisi tersebut.

Lembaga riset Energy for Growth Hub sendiri mencatat Ethiopia kini memiliki 100.000 kendaraan listrik, mewakili sekitar 8 persen dari total kendaraan terdaftar, menjadikannya pemimpin global.

Baca juga: Transisi Energi di Kepulauan, Infrastruktur dan Insentif Kunci Suksesnya

Namun dalam beberapa kasus, hal itu justru dapat menghasilkan efek sebaliknya.

Guy Prince, seorang analis dari Carbon Tracker, sebuah lembaga think tank keuangan transisi energi, mengatakan bahwa kebutuhan mendesak akan energi mungkin menyebabkan reaksi spontan di beberapa negara untuk mencari bentuk energi yang lebih kotor seperti membakar batu bara, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya secara matang.

Kendati demikian, Prince menyampaikan meskipun ada perubahan atau fluktuasi sementara di pasar energi, arah jangka panjang menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar fosil akan terus menurun.

Batubara sebagai sumber energi pengganti menjadi semakin tidak kompetitif dibandingkan dengan bentuk energi yang lebih bersih seperti angin dan matahari.

"Peningkatan sementara dalam penggunaan bahan bakar fosil justru menunjukkan betapa pentingnya negara-negara beralih ke energi terbarukan. Dengan begitu, mereka tidak akan lagi terpengaruh oleh harga bahan bakar fosil yang tidak stabil dan sering berubah," tambah Prince.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau