Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan OECD: Tanpa Kebijakan Tegas, Asia Tenggara Bakal Alami Ledakan Sampah Plastik

Kompas.com, 4 Agustus 2025, 17:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan dan limbah plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur diperkirakan akan meningkat tajam dan tidak terkendali, kecuali jika negara-negara di wilayah ini segera merevisi kebijakan yang ada.

Peringatan ini disampaikan dalam laporan terbaru dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Berdasarkan kebijakan yang ada saat ini, penggunaan plastik di kawasan ASEAN Plus Three (APT) diproyeksikan akan tumbuh berlipat ganda, dari 152 juta ton pada tahun 2022 menjadi 280 juta ton pada tahun 2050.

Kawasan APT sendiri mencakup 10 negara ASEAN, yaitu Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Melansir Down to Earth, Jumat (1/8/2025), laporan menyatakan sebagian besar lonjakan kenaikan plastik ini didorong oleh produk-produk pendek seperti kemasan.

Baca juga: Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Menurut laporan, China diproyeksikan akan mengalami peningkatan signifikan sampah plastik terbesar di kawasan APT, meningkat dari 76 juta tahun pada tahun 2022 menjadi 160 juta ton pada 2050.

Namun, pertumbuhan sampah plastik paling dramatis akan terjadi di negara-negara ASEAN berpenghasilan menengah ke bawah seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Sampah plastik di negara tersebut diperkirakan akan meningkat hampir empat kali lipat dari 7,5 juta ton menjadi 28 juta ton.

Meskipun ada beberapa kemajuan dalam pengelolaan limbah, sebagian besar sampah plastik di kawasan ini masih berakhir di tempat pembuangan sampah, dibakar, atau tidak terkelola dengan baik.

Pada tahun 2022, sebanyak 29 persen sampah plastik di wilayah ini salah kelola, jauh melampaui jumlah yang didaur ulang, yang berakibat pada meningkatnya pencemaran lingkungan.

Lebih lanjut, meski persentase sampah plastik yang salah kelola di wilayah APT diprediksi turun dari 29 persen (2022) menjadi 23 persen pada 2050, laporan juga memperingatkan bahwa jumlah total sampah akan tetap meningkat drastis.

Hal ini menyebabkan volume sampah yang tidak tertangani dengan baik akan naik dari 33 juta ton ke 56 juta ton, yang berpotensi meningkatkan risiko bagi ekosistem dan komunitas.

Baca juga: Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS

Pada tahun 2022 saja, kawasan ini bertanggung jawab atas 8,4 juta ton plastik yang bocor ke lingkungan, jumlah ini lebih dari sepertiga total global yang menjadikannya titik panas polusi plastik dunia.

Tanpa adanya intervensi mendesak, kebocoran tahunan ini bisa meningkat menjadi 14,1 juta ton pada tahun 2050. Sebagian besar berasal dari negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah di ASEAN dan China, dengan 5,1 juta ton di antaranya mengalir ke sungai, pesisir, dan lautan.

Laporan tersebut memperingatkan pula bahwa pada tahun 2050, penumpukan plastik di perairan tawar termasuk sungai dan danau diproyeksikan mencapai 126 juta ton, jumlah yang lebih dari dua kali lipat dari tingkat tahun 2022.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi
BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi
Pemerintah
Banjir Ekstrem akibat Lelehan Gletser Diprediksi Lebih Mematikan
Banjir Ekstrem akibat Lelehan Gletser Diprediksi Lebih Mematikan
LSM/Figur
Produksi Listrik Panas Bumi KS Orka Renewables Lampaui 1 Juta MWh
Produksi Listrik Panas Bumi KS Orka Renewables Lampaui 1 Juta MWh
Swasta
Bencana Demografi di Indonesia Makin Nyata, Kalah dari Negara Tetangga
Bencana Demografi di Indonesia Makin Nyata, Kalah dari Negara Tetangga
LSM/Figur
Hirup Udara Berpolusi Berpotensi Berdampak pada Kekebalan Tubuh
Hirup Udara Berpolusi Berpotensi Berdampak pada Kekebalan Tubuh
Pemerintah
Kebun Kelapa Sawit Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan, Daya Serap Karbon Rendah
Kebun Kelapa Sawit Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan, Daya Serap Karbon Rendah
LSM/Figur
Musim Hujan Diprediksi Terjadi di Indonesia hingga Maret 2026
Musim Hujan Diprediksi Terjadi di Indonesia hingga Maret 2026
Pemerintah
Halte Bus Hijau, Bisa Menjadi Solusi Dinginkan Area Perkotaan
Halte Bus Hijau, Bisa Menjadi Solusi Dinginkan Area Perkotaan
Pemerintah
Masa Senja Industri Kehutanan Indonesia
Masa Senja Industri Kehutanan Indonesia
Pemerintah
Update Banjir Sumatera, Tim Gabungan Masih Bersihkan Tumpukan Kayu dan Limbah
Update Banjir Sumatera, Tim Gabungan Masih Bersihkan Tumpukan Kayu dan Limbah
Pemerintah
Gelondongan Kayu di Banjir Sumatera Bukti Kerusakan Hutan Sistemik, Bukan Sekadar Anomali Cuaca
Gelondongan Kayu di Banjir Sumatera Bukti Kerusakan Hutan Sistemik, Bukan Sekadar Anomali Cuaca
LSM/Figur
Sektor FOLU Disebut Mampu Turunkan 60 Persen Emisi Nasional
Sektor FOLU Disebut Mampu Turunkan 60 Persen Emisi Nasional
Pemerintah
Bibit Siklon Picu Hujan dan Angin Kencang di NTB hingga Awal Januari 2026
Bibit Siklon Picu Hujan dan Angin Kencang di NTB hingga Awal Januari 2026
Pemerintah
2 Orangutan Dilepasliar ke TN Tanjung Puting Kalimantan Tengah
2 Orangutan Dilepasliar ke TN Tanjung Puting Kalimantan Tengah
Pemerintah
IPB Petakan 1.008 Calon Lokasi Kampung Nelayan Merah Putih
IPB Petakan 1.008 Calon Lokasi Kampung Nelayan Merah Putih
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau