Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Tertinggal dalam Pengembangan PLTS Dibanding Negara Tetangga

Kompas.com - 02/09/2025, 19:13 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mencatat pertumbuhan pesat secara global pada 2024, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Namun, Indonesia dinilai masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Modul surya yang semakin efisien dengan biaya produksi lebih murah, khususnya dari China, menjadi faktor utama percepatan pemanfaatan energi surya di berbagai negara. Di Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, dan Malaysia lebih dahulu mengembangkan PLTS melalui kebijakan feed-in tariff (FiT) sebelum 2020.

Kendati FiT kini sudah dihentikan, kapasitas terpasang PLTS di tiga negara tersebut tetap terus meningkat. Bahkan, kapasitas PLTS atap di masing-masing negara telah menembus lebih dari 1 gigawatt (GW), jauh di atas capaian Indonesia.

Menurut Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Institute for Essential Services Reform (IESR), Alvin Putra Sisdwinugraha, perkembangan PLTS di Indonesia cenderung lebih lambat.

"PLTS atap memang tumbuh cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pendorong utamanya adalah sektor industri dan komersial yang menerapkan standar hijau," ujar Alvin dalam sebuah webinar, Selasa (2/9/2025).

Ia menjelaskan, meskipun Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2024 telah meniadakan insentif net-metering bagi pelanggan rumah tangga, pertumbuhan PLTS atap tidak berhenti. Hal ini menunjukkan minat konsumen terhadap energi bersih semakin kuat.

Sejauh ini, PLTS atap paling banyak terpasang di Jawa dan Bali. Sementara itu, PLTS berskala besar atau utilitas—termasuk PLTS Terapung Cirata—masih menjadi penyumbang terbesar kapasitas terpasang di Indonesia.

Namun, realisasi proyek PLTS skala besar kerap tidak sesuai rencana. Dari target 750 megawatt (MW) pada 2023, hanya sekitar 250 MW yang berhasil tercapai.

"Artinya, capaian tersebut baru sekitar 33 persen dari target dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PLN," kata Alvin.

Ia menilai, penjadwalan tender yang tidak konsisten dengan RUPTL menjadi salah satu penyebab proyek PLTS skala besar sering tertunda. Kondisi ini, menurutnya, bisa melemahkan minat investor swasta untuk menanamkan modal di Indonesia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Respons Putusan MK soal Izin Berkebun di Hutan, Kemenhut Siapkan SE Menteri
Respons Putusan MK soal Izin Berkebun di Hutan, Kemenhut Siapkan SE Menteri
Pemerintah
Kemenhut: Penebangan Hutan Terencana Bukan Deforestasi, Indonesia Beda dengan Eropa
Kemenhut: Penebangan Hutan Terencana Bukan Deforestasi, Indonesia Beda dengan Eropa
Pemerintah
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Marine Safari Bali, Gerbang Edukasi dan Konservasi Laut Nusantara
Swasta
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Dari Data Kesehatan Memprihatinkan ke Budaya Hidup Sehat, Begini Transformasi PLN UID Banten lewat Program GELORA
Pemerintah
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Bali Luncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk Penanggulangan Bencana
Pemerintah
DLH Jakarta Akui Sulit Setop 'Open Dumping' di TPS Bantargebang
DLH Jakarta Akui Sulit Setop "Open Dumping" di TPS Bantargebang
Pemerintah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
DKI Gadang Sunter Jadi Lokasi Waste to Energy, Kelola 2.200 Ton Sampah
Pemerintah
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
RDF Rorotan Beroperasi November, Diklaim Bisa Redam Sebaran Mikroplastik
Pemerintah
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
United Tractors Dorong Inovasi Berkelanjutan Lewat SOBAT Competition 2025
Swasta
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Mikroplastik Ada di Udara dan Hujan, Menteri LH Minta TPA Lakukan Capping
Pemerintah
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
Ironis, Udara Kita Tercemar Mikroplastik, Bernafas pun Bisa Berarti Cari Penyakit
LSM/Figur
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
Second NDC Indonesia Dinilai Tak Partisipatif, Lemah Substansi
LSM/Figur
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Nyamuk Muncul di Islandia, Tanda Nyata Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
WMO: Peringatan Dini Bencana Hak Asasi Manusia, Tak Boleh Ada yang Mati Sia-sia
Pemerintah
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
Ketika Perempuan Petani di Kalbar Andalkan Gotong Royong untuk RIngankan Pekerjaan Keluarga...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau