JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga akhir 2024, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia masih berada di bawah 1 GW.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengungkapkan, kapasitas terpasang PLTS atap per Juli 2025 masih 538 MWp atau 10.882 pelanggan PLN.
Berdasarkan Kep.MESDM, target total kuota kapasitas PLTS atap sampai dengan 2028 sebesar 2 GW.
Baca juga: Tiga Desa di Bali Kini Dipasangi PLTS Berkapasitas hingga 15 kWp
"Harapan kami di tahun ini, untuk PLTS atap ini bisa mencapai 1 GW untuk PLTS atap sendiri. Kecuali, di luar PLTS lain," ujar Feby dalam webinar, Selasa (2/9/2025).
Adapun target total kapasitas PLTS skala besar sampai dengan 2034 sebesar 17 GW.
Untuk PLTS Ground Mounted, kata dia, total potensi kapasitasnya mencapai 89,37 GW di 293 lokasi, yaitu, potensi di bendungan PUPR sebesar 14,7 GW di 257 lokasi dan potensi di danau 74,67 GW di 36 lokasi.
"Ini juga targetnya cukup besar, termasuk di dalamnya potensinya sekitar 89,37 GW. Kami mendorong kerja sama BUMN untuk bisa memanfaatkan waduk-waduk, perairan agar bisa memasang PLTS di sana" tutur Feby.
Menurut Feby, potensi energi terbarukan di Indonesia sangat luar biasa besar. Potensi energi terbarukan di Indonesia bisa meningkatkan ketahanan energi.
Sebagai negara di wilayah tropis, surya menjadi sumber energi terbesar di Indonesia. Ke depannya, kata dia, pemerintah mendorong berbagai program-program yang bisa mempercepat pemanfaatan energi surya.
Dari segi harga, energi surya saat ini sangat kompetitif. Dari segi konstruksi, pembangunan PLTS lebih cepat daripada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Dari segi lahan, PLTS memang membutuhkan lahan yang cukup luas. Namun, hambatan tersebut bisa diatasi dengan memanfaatkan lahan-lahan menganggur seperti atap rumah, danau, sampai waduk-waduk.
Baca juga: RI Gandeng Perusahaan China untuk Bangun PLTS Berkapasitas 100 GW
"Yang jadi permasalahan memang dia (PLTS) bersyarat. Ini memang kami harus bisa mencarikan solusi untuk menangani, intermitensinya dari pemanfaatan energi surya. Salah satunya adalah mendorong pengembangan sistem penyimpanannya yang baik. Maka, ke depan juga kami dorong untuk hidrogen, baterai, kemudian, pump storage," ucapnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya