KOMPAS.com – Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan sosial ekonomi, mulai dari kerawanan pangan, akses layanan kesehatan yang belum merata, hingga angka putus sekolah yang masih tinggi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat kemiskinan pada Maret 2025 masih berada di angka 8,47 persen, sementara pengangguran pada Februari 2025 sebesar 4,76 persen.
Ketimpangan sosial pun masih lebar. Kementerian Sosial pada 2022 menempatkan Indonesia di peringkat ke-125 dalam Indeks Inklusivitas Global, lebih rendah dari sejumlah negara ASEAN.
Selain faktor domestik, ketidakpastian ekonomi global dan dampak perubahan iklim juga memperbesar kerentanan masyarakat kecil.
Dengan semangat visi “Best Bank for a Better World”, DBS Bank Ltd (Bank DBS) berkomitmen menghadirkan solusi untuk tantangan sosial ekonomi yang terjadi di Tanah Air. Solusi ini diwujudkan melalui tiga pilar keberlanjutan.
Pilar pertama adalah menjadi perbankan yang bertanggung jawab. Lewat pilar ini, Bank DBS memastikan produk dan layanan keuangan yang diberikan dapat memberdayakan nasabah dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Pilar kedua adalah melakukan praktik bisnis yang bertanggung jawab. Artinya, perusahaan beroperasi dengan integritas, transparan, dan berkomitmen mengurangi jejak karbon pada lingkungan.
Pilar ketiga adalah memberikan dampak melampaui perbankan tradisional. Lewat pilar ini, Bank DBS memanfaatkan sumber daya dan keahlian yang dimiliki untuk mendukung inisiatif sosial dan lingkungan yang menciptakan dampak nyata.
Dengan semangat tersebut, pada 2023, DBS Group bersama DBS Foundation mengalokasikan 1 miliar dollar Singapura atau sekitar Rp 12,6 triliun untuk 10 tahun ke depan.
Dana itu difokuskan bagi komunitas rentan melalui kemitraan bersama The Asia Foundation, Dicoding, dan Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial, dengan sasaran utama pemberdayaan petani, perempuan, dan generasi muda.
Pembangunan ekonomi berkelanjutan membutuhkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era digital. Atas dasar itu, Bank DBS Indonesia bersama DBS Foundation menjalankan program Coding Camp 2025 powered by DBS Foundation.
Program tersebut memberikan pelatihan teknologi intensif bagi 3.000 mahasiswa dan siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), serta pelatihan dasar untuk 57.000 talenta digital.
Hasilnya, lebih dari 30.800 sertifikat kompetensi berhasil diterbitkan di bidang front-end, back-end, hingga machine learning. Selain pelatihan, peserta juga difasilitasi bursa kerja daring agar siap masuk dunia kerja digital.
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengatakan, Bank DBS Indonesia memiliki peran yang jauh melampaui misi layanan perbankan semata.
Sesuai dengan pilar keberlanjutan ketiga, yakni Impact Beyond Banking, Coding Camp 2025 powered by DBS Foundation dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat rentan dengan mendorong inklusi digital serta memberdayakan generasi penerus talenta digital.
“Pelatihan ini tidak hanya membekali mereka dengan keterampilan digital, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi talenta masa depan yang siap berinovasi, memecahkan masalah, dan memimpin ekonomi digital,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Selain menyiapkan talenta digital, Bank DBS Indonesia juga menaruh perhatian pada kelompok perempuan rentan. Inklusivitas dipandang sebagai langkah awal menuju kesejahteraan yang lebih merata, khususnya melalui peningkatan literasi finansial dan perluasan akses keuangan.
Bersama The Asia Foundation (TAF), Bank DBS Indonesia meluncurkan program SHE CAN atau Akselerasi Inklusi Keuangan bagi Perempuan Rentan di Provinsi Kalimantan Barat.
Program yang berjalan sejak 2024 hingga 2027 itu menargetkan pendampingan terhadap 80.000 perempuan melalui rangkaian pelatihan literasi keuangan dan dukungan kewirausahaan yang terintegrasi.
Kajian awal program SHE CAN menunjukkan tingkat inklusi perempuan rentan di Kalimantan Barat masih jauh di bawah rata-rata nasional. Hanya 67 persen perempuan yang memiliki rekening bank, 38 persen yang bisa mengakses pinjaman dari lembaga formal, dan 24 persen yang menggunakan dompet digital untuk transaksi.
Angka itu memperlihatkan masih adanya kesenjangan signifikan ketimbang hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Untuk memperdalam kondisi di lapangan, TAF melakukan studi kualitatif di tujuh kabupaten/kota pada Januari–Maret 2025. Studi tersebut mengungkap berbagai hambatan yang dihadapi perempuan kelompok rentan.
Salah satunya, banyak perempuan kesulitan mengakses layanan keuangan karena keterbatasan literasi dan tidak memiliki identitas resmi. Selain itu, mereka juga terhambat norma sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama dalam keluarga, termasuk urusan aset dan keuangan.
Akibat dari itu, sebagian besar perempuan terpaksa menjalankan usaha informal dengan bergantung pada pinjaman tidak resmi. Situasi ini tidak hanya membatasi peluang ekonomi mereka, tetapi juga memperkuat ketergantungan finansial terhadap keluarga ataupun komunitas.
Studi juga menemukan kebiasaan menabung sebenarnya cukup tinggi, tetapi sebagian besar perempuan tidak pernah mencatat keuangan rumah tangga atau memisahkannya dari keuangan usaha.
Meski begitu, ada keinginan kuat dari mereka untuk lebih mandiri secara finansial. Kemandirian dianggap sebagai jalan keluar dari siklus ketergantungan ekonomi yang membatasi peran mereka dalam keluarga maupun masyarakat.
Isu ketahanan pangan juga tak luput dari perhatian DBS Foundation. Pasalnya, masalah ini masih menjadi tantangan utama di Indonesia, terutama bagi kelompok masyarakat di wilayah timur.
Data BPS pada 2024 mencatat, prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat secara nasional mencapai 4,02 persen. Angka tersebut meningkat tajam di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mana kerawanan pangan tercatat sebesar 14,68 persen pada 2023.
Kondisi itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari keterbatasan infrastruktur, minimnya akses terhadap teknologi pertanian modern, kurangnya pengetahuan mengenai pangan bergizi, hingga kesenjangan ekonomi yang masih tinggi. Perubahan iklim juga memperburuk situasi dengan memengaruhi produktivitas lahan dan ketersediaan pangan.
Melihat tantangan tersebut, DBS Foundation bersama Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial menginisiasi Program Flores Empowerment for Agricultural Sustainability and Transformation (FEAST).
Program itu berlangsung selama 2025–2028 dengan tujuan meningkatkan kapasitas petani kecil dalam menerapkan sistem pertanian berkelanjutan yang cerdas iklim.
Selain aspek teknis, program FEAST juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam pengelolaan pangan keluarga. Melalui kepemimpinan perempuan, program ini mendorong diversifikasi pangan sekaligus memperbaiki status gizi keluarga petani.
Secara keseluruhan, penerima manfaat program tersebut mencakup sekitar 8.000 petani skala kecil yang setengahnya adalah perempuan, dan 20.000 anggota keluarga petani. Intervensi ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat di wilayah NTT.
Selain memberdayakan masyarakat rentan, DBS Foundation juga konsisten mendukung wirausaha sosial yang menggabungkan misi bisnis dan dampak sosial. Sejak 2014, DBS Foundation telah menyalurkan hibah senilai 2,28 juta dollar Singapura kepada 19 wirausaha sosial dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Pada 2024, lima usaha sosial terpilih, yakni Adena Coffee, Aliet Green, GandengTangan, Java Fresh, dan Komodo Water, mendapatkan dukungan hibah senilai Rp 11,5 miliar. Dukungan ini membantu pemberdayaan petani kopi, produksi pangan organik oleh perempuan, akses air bersih di Indonesia Timur, hingga perluasan pasar global bagi petani buah lokal.
Tak hanya itu, DBS Foundation juga meluncurkan Impact Beyond Award, penghargaan internasional dengan hadiah total 3 juta dollar Singapura bagi inovator yang berani menjawab persoalan sosial kompleks, termasuk isu penuaan populasi.
Rangkaian inisiatif tersebut mengukuhkan posisi DBS Bank Ltd (Bank DBS) yang kembali dinobatkan sebagai “World’s Best Bank for Corporate Responsibility” oleh Euromoney pada 2023 dan 2025.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai DBS Foundation Grant dan Impact Beyond Award, silakan kunjungi laman https://www.dbs.com/foundation/grants.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya