Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Adat Enggros Papua Mulai Budi Daya Ikan Nila di Air Laut

Kompas.com, 3 September 2025, 12:46 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS com - Masyarakat Adat Enggros, Jayapura, Papua, mulai membudidayakan ikan nila salin di Teluk Youtefa. Anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Jayapura, Petronela Meraudje, mengatakan perubahan iklim menyebabkan hasil tangkapan ikan laut berkurang.

Sehingga, mereka memutar otak untuk membudidaya nila di keramba yang ditempatkan di lautan. 

“Kami kaget juga, ternyata ikan nila bisa hidup di laut. Dulu, kami hanya tahu nila ada di danau atau kolam, tetapi karena perubahan iklim ikan di laut makin susah didapat jadi masyarakat adat mencoba cara baru ini ternyata berhasil,” ujar Petronela dalam keterangannya, Selasa (2/9/2025).

Berdasarkan uji coba, ikan nila yang berada di keramba tumbuh dengan baik dan bisa menjadi alternatif penghasilan baru masyarakat setempat. Petronela menilai, upaya ini sekaligus menunjukkan bagaimana kearifan lokal berpadu dengan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Baca juga: Tahan Panas, Sapi Merah Putih Peluang Baru di Tengah Krisis Iklim

“Jika berhasil dikembangkan, budidaya nila di laut bisa menjadi model inovasi pangan bagi masyarakat adat pesisir lainnya yang terdampak perubahan iklim,” jelas dia.

Nila salin terbukti mampu hidup dalam air dengan kadar garam yang tinggi, memungkinkannya tetap bernapas di lingkungan dengan perbedaan salinitas ekstrem.

Sementara itu, Tokoh Masyarakat Adat Enggros, Seppy Hanasbey, menyatakan sebagian besar masyarakat telah membudidayakan ikan nila sebagai sumber penghasilan mereka. Hal ini dilakukan lantaran perubahan siklus air asin dan air payau di Teluk Youtefa telah meluas.

Baca juga: Perempuan, Masyarakat Adat, dan Pemuda Jadi Bagian dari Iklim

“Sekarang sudah banyak yang memelihara ikan nila, dulu tidak ada. Bagus juga untuk keberlanjutan ekonomi,” ucap Seppy.

Sebagai informasi, Teluk Youtefa merupakan kawasan konservasi dengan ekosistem mangrove. Masyarakat Adat Enggros dikenal sebagai penjaga hutan mangrove di area tersebut.

Peran Masyarakat Adat

Diberitakan sebelumnya, Head of Communication UNDP Indonesia, Nabila Rahmani, menyebutkan bahwa perempuan, masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan pemuda berperan dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

Dia mengatakan, kelompok tersebut sering kali digambarkan sebagai orang-orang yang paling terdampak krisis iklim. Namun, tidak dilihat sebagai orang yang memiliki pengetahuan terkait iklim.

"Padahal perempuan, masyarakat adat, anak muda, juga sebuah solusi dari dampak perubahan iklim. Jadi, they're actually actors and they're not beneficiaries," ungkap Nabila, Sabtu (17/5/2025).

Karenanya, dia mendorong agar kelompok itu dilibatkan pada pengambilan keputusan di tingkat lokal, nasional, maupun global.

"Hal ini yang sebetulnya selaras dengan komitmen global, dari Perjanjian Paris, SDG's di mana kesetaraan gender atau partisipasi dari perempuan dan masyarakat adat juga penting dalam aksi iklim," tutur dia.

Tradisi mane'e di Sulawesi Utara, misalnya, yang mewajibkan masyarakat mengambil ikan bersama di laut agar mengurangi konsumsi berlebihan. Mereka memakai jaring dari kelapa yang lebih aman dan tidak merusak ekosistem laut.

Baca juga: Pengesahan RUU Masyarakat Adat, Jalan Pulang Menuju Pertanian Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau