Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam

Kompas.com, 13 Desember 2025, 19:19 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap populasi orangutan Tapanuli pasca Siklon Senyar yang melanda Sumatra.

Citra satelit yang dianalisis oleh para peneliti, dikombinasikan dengan laporan dari penduduk setempat, menunjukkan bahwa banjir yang menelan hampir 1.000 orang tersebut mungkin juga memiliki konsekuensi bencana bagi satwa liar di wilayah Batang Toru, Sumatera Utara, salah satunya orangutan Tapanuli.

Orangutan Tapanuli adalah spesies yang secara resmi diakui sebagai spesies terpisah dari orangutan Sumatera dan Kalimantan pada 2017.

Para konservasionis memperkirakan bahwa kurang dari 800 individu tersisa di alam liar, menjadikannya spesies kera besar paling langka di Bumi.

Baca juga: Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?

Menurut laporan dari situs berita BBC, orangutan-orangutan ini belum terlihat di beberapa bagian wilayah yang terkena dampak sejak siklon tersebut.

Banjir mematikan ini pun digambarkan oleh ilmuwan sebagai 'gangguan tingkat kepunahan' bagi spesies tersebut karena skala kerusakan habitat dan status populasi yang sudah rapuh sebelumnya.

Gangguan tingkat kepunahan sendiri merupakan istilah yang menunjukkan bahwa para ilmuwan percaya bahwa peristiwa ini tidak hanya merugikan, tetapi berpotensi memusnahkan sebagian besar, atau seluruh, populasi spesies yang rentan.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa hilangnya seekor orangutan saja dapat berdampak buruk bagi prospek kelangsungan hidup spesies tersebut.

Melansir Down to Earth, Jumat (12/12/2025) para ilmuwan fokus pada Blok Barat, habitat orangutan Tapanuli yang paling padat penduduknya dari tiga habitat yang diketahui. Sebelum bencana, daerah tersebut merupakan rumah bagi sekitar 581 individu.

Namun, analisis citra satelit menunjukkan tanah longsor dan aliran lumpur yang sangat masif dan menghancurkan di pegunungan Sumatera, secara efektif menghilangkan habitat dan segala sesuatu di jalur mereka.

Erik Meijaard, seorang konservasionis orangutan senior, pun mengatakan bahwa antara 6 persen dan 11 persen orangutan di daerah tersebut kemungkinan tewas akibat banjir.

Ia memperingatkan bahwa angka kematian orangutan dewasa di atas 1 persen per tahun dapat mendorong spesies tersebut menuju kepunahan, terlepas dari ukuran populasi yang tersisa.

Populasi orangutan Tapanuli yang sangat kecil dan jangkauan habitat yang terbatas membuat mereka sangat rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem.

Baca juga: Banjir Sumatera Dipicu Deforestasi, Mayoritas Daerah Aliran Sungai Kritis

Penemuan bangkai gajah Sumatera di Aceh semakin menekankan skala kehancuran yang luas dan mematikan dari banjir pasca-siklon, terutama bagi spesies yang sudah berada di ambang kepunahan.

Sumatera juga merupakan rumah bagi harimau Sumatera, gajah, dan badak, yang semuanya terancam punah.

Namun, para ilmuwan mengatakan bahwa orangutan dan primata lainnya, termasuk owa, sangat berisiko karena sebagian besar hutan pegunungan di Tapanuli mengalami tanah longsor besar-besaran selama curah hujan ekstrem yang dipicu oleh Siklon Senyar.

David Gaveau, seorang ahli penginderaan jauh dan pendiri perusahaan rintisan konservasi The Tree Map, mengatakan kepada AFP bahwa ia belum pernah melihat kerusakan dalam skala sebesar ini selama lebih dari 20 tahun memantau deforestasi di Indonesia menggunakan data satelit.

“Kerusakan ini berarti orangutan Tapanuli yang tersisa akan semakin rentan, dengan sumber makanan dan tempat berlindung yang kini telah hanyut,” katanya, menambahkan bahwa lebih dari 9 persen habitat Blok Barat kemungkinan telah hilang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau