JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memeriksa delapan perusahaan terkait banjir bandang di Sumatera, Senin (8/12/2025) hingga Selasa (9/12/2025). Menteri LH, Hanif Faisol Nurofiq menyebut aktivitas perusahaan itu disinyalir memicu banjir yang memorak-porandakan Sumatera Utara.
"Hari ini empat perusahaan (diperiksa), besok empat perusahaan yang memiliki persetujuan lingkungan di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru," kata Hanif di Jakarta Selatan, Senin.
Baca juga:
Banjir dan longsor di Sumatera Utara, lanjut Hanif, terjadi di lima daerah aliran sungai (DAS) yakni DAS Batang Toru, DAS Garoga, DAS Badili, DAS Aik Pandan, dan DAS Sibuluan. Evaluasi dilakukan di hulu DAS Batang Toru, lokasi delapan unit perizinan usaha berdiri.
"Empat (perusahaan) di antaranya kami lakukan penghentian operasional karena disinyalir berkontribusi cukup besar di dalam banjir di Batang Toru," ucap dia.
KLH menghentikan operasional PT Agincourt Resources, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III), dan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) pengembang PLTA Batang Toru. Penyidik juga masih melakukan verifikasi lapangan terhadap empat perusahaan lainnya.
Selain penghentian operasional, KLH mewajibkan audit lingkungan sebagai langkah pengendalian tekanan ekologis di hulu DAS yang memiliki fungsi vital bagi masyarakat.
Menurut Hanif, DAS Garoga menjadi wilayah paling terdampak lantaran satu desa tertimbun tanah. Berdasarkan penelusuran, perkebunan kelapa sawit milik entitas swasta terbangun di DAS tersebut.
Baca juga: Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Gelondongan kayu di Desa Garoga, Tapanuli Selatan yang hilang ditelan banjir dan longsor, Sabtu (6/12/2025)Kendati demikian, dia menekankan kerusakan terbesar dipicu hujan intensitas tinggi di area hulu yang memiliki lereng sangat terjal. Hal itu menyebabkan longsoran yang membawa material kayu dalam jumlah besar.
"Saya memang melihat ada sedikit kayu yang ada potongan tetapi tidak terlalu banyak, di DAS Garoga ya yang membawa korban cukup besar. Karena hampir satu dusun tertimbun tanah dari longsoran di puncaknya," jelas Hanif.
Kondisi serupa terjadi di DAS Badili dengan kerusakan hulu yang parah. Alhasil, banyak gelondongan kayu yang jatuh terbawa banjir. Di area ini, tampak kayu-kayu menutupi sebagian kota.
Hanif menuturkan, rangkaian DAS di Sumatera merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan yang memiliki karakter lereng terjal. Perbedaan ketinggian ekstrem dari 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Sisingamangaraja hingga 11-16 mdpl di kawasan pesisir, menciptakan kemiringan hingga 37 persen yang sangat curam.
Baca juga:
Gelondongan kayu di Desa Garoga, Tapanuli Selatan yang hilang ditelan banjir dan longsor Sementara itu, Deputi Bidang Penegakan Hukum Lingkungan Hidup KLH, Rizal Irawan, menyatakan bahwa hasil pantauan udara menunjukkan adanya pembukaan lahan masif yang memperbesar tekanan DAS.
“Dari overview helikopter, terlihat jelas aktivitas pembukaan lahan untuk PLTA, hutan tanaman industri, pertambangan, dan kebun sawit. Tekanan ini memicu turunnya material kayu dan erosi dalam jumlah besar," papar Rizal.
"Kami akan terus memperluas pengawasan ke Batang Toru, Garoga, dan DAS lain di Sumatera Utara,” imbuh dia.
Baca juga: Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya