JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Kementerian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM) menegaskan keseriusan Pemerintah dalam percepatan program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkekuatan 100 gigawatt (GW).
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menyebutkan program PLTS 100 GW merupakan langkah strategis untuk mengurangi beban subsidi listrik dan bahan bakar minyak (BBM), dengan mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang mahal.
"Pendekatan harus berbasis analisis keekonomian per wilayah, sehingga bisa dihitung secara detail biaya pokok pembangkitan, kebutuhan baterai, dan integrasi dengan sistem yang sudah ada," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (20/9/2025).
Baca juga: Energi Bersih Diperkirakan Gantikan 75 Persen Kebutuhan Bahan Bakar Fosil
Sementara, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa program PLTS 100 GW harus menjadi terobosan besar bagi transisi energi nasional.
Presiden RI Prabowo Subianto, lanjut dia, telah menekankan agar biaya pembangunan PLTS tidak menambah beban subsidi.
"Karena itu, seluruh Kementerian dan PLN harus bergerak cepat dengan perhitungan yang matang dan satu data," ujar Bahlil.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyatakan kesiapan PLN dalam menjalankan strategi konversi PLTD menjadi energi terbarukan, termasuk PLTS.
Baca juga: Bawang Merah Jadi Bahan Berkelanjutan untuk Proteksi Panel Surya
"PLN berkomitmen mendukung transisi ini dengan tetap menjaga keandalan sistem dan keekonomian energi. Kami sedang menyiapkan data terkini yang riil mulai dari konsumsi, kebutuhan, hingga proyeksi tambahan demand," ucap Darmawan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya