JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dianggap belum mendukung sinergi masyarakat dan Taman Nasional untuk menyeimbangkan konservasi berbasis mata pencaharian lokal.
Padahal, sinergi tersebut dapat berkembang menjadi usaha dengan skala tertentu, bahkan sampai ke hilirisasi industri.
Riset Siyuan He dari Institute of Geographic Sciences and Natural Resources Research, Chinese Academy of Sciences, integrasi kearifan lokal dan pengetahuan modern penting.
Kearifan lokal dapat memberikan nilai konservasi yang mendalam. Pengetahuan modern memberikan standar ilmiah dan legitimasi pasar.
"Hanya saja yang menjadi permasalahan jika menyangkut konteks di Cina, hal ini sangat didukung oleh pemerintahnya. Tapi kalau untuk di kita masih kesulitan. Kenapa? Karena peraturan yang mengatur Taman Nasional itu sangat ketat terhadap pemanfaatan kawasan," ujar Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Golar, dalam webinar, Kamis (25/9/2025).
Baca juga: Taman Nasional di Kenya Berbenah di Tengah Ancaman Perubahan Iklim
Terdapat beberapa kawasan di Taman Nasional yang menjadi Zona Pemanfaatan Tradisional. Namun, penekanannya masih pada berbagai pemanfaatan yang bersifat terbatas. Menurut Golar, hal itu menjadi dilema bagi Taman Nasional dalam upaya mendukung perekonomian masyarakat dan pengembangan hilirisasi yang bersifat komersil.
Menurutnya, Taman Nasional di China sudah membuktikan perpaduan antara kearifan lokal dengan pengetahuan modern sudah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, menjaga kestabilitas ekosistem, serta melestarikan hutan.
Golar menggarisbawahi bahwa menyeimbangkan konservasi keanekaragaman hayati berbasis mata pencaharian lokal bukanlah upaya mengarahkan masyarakat tradisional ke industri.
"Tidak (ingin mengarahkan ke industrialisasi). Kenapa? Karena banyak jalan menuju kemajuan. Ya, industrialisasi dalam konteks tadi skala yang sudah di hilir, saya kira tidak apa-apa, enggak masalah. Jadi, yang saya tekankan di sini adalah bagaimana keseimbangan itu tetap terjaga," tutur Golar.
Di sisi lain, terdapat sejumlah tantangan dalam memadukan kearifan lokal dan pengetahuan modern untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Pertama, biaya ekonomi dan investasi. Kedua, masa transisi yang panjang. Ketiga, skeptisme kualitas dan teknologi. Keempat, konflik internal.
"Hingga ke depan beberapa jurnal menunjukkan bahwa hasil dari sinergi ini memberikan kemanfaatan yang baik bagi masyarakat, juga bagi kawasan (Taman Nasional)," ucapnya.
Baca juga: Taman Nasional di Kenya Berbenah di Tengah Ancaman Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya