Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan Terlalu Ketat, Taman Nasional Sulit Dukung Konservasi Berbasis Ekonomi Lokal

Kompas.com, 26 September 2025, 07:40 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dianggap belum mendukung sinergi masyarakat dan Taman Nasional untuk menyeimbangkan konservasi berbasis mata pencaharian lokal. 

Padahal, sinergi tersebut dapat berkembang menjadi usaha dengan skala tertentu, bahkan sampai ke hilirisasi industri.

Riset Siyuan He dari Institute of Geographic Sciences and Natural Resources Research, Chinese Academy of Sciences, integrasi kearifan lokal dan pengetahuan modern penting.

Kearifan lokal dapat memberikan nilai konservasi yang mendalam. Pengetahuan modern memberikan standar ilmiah dan legitimasi pasar.

"Hanya saja yang menjadi permasalahan jika menyangkut konteks di Cina, hal ini sangat didukung oleh pemerintahnya. Tapi kalau untuk di kita masih kesulitan. Kenapa? Karena peraturan yang mengatur Taman Nasional itu sangat ketat terhadap pemanfaatan kawasan," ujar Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Golar, dalam webinar, Kamis (25/9/2025).

Baca juga: Taman Nasional di Kenya Berbenah di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

Terdapat beberapa kawasan di Taman Nasional yang menjadi Zona Pemanfaatan Tradisional. Namun, penekanannya masih pada berbagai pemanfaatan yang bersifat terbatas. Menurut Golar, hal itu menjadi dilema bagi Taman Nasional dalam upaya mendukung perekonomian masyarakat dan pengembangan hilirisasi yang bersifat komersil.

Menurutnya, Taman Nasional di China sudah membuktikan perpaduan antara kearifan lokal dengan pengetahuan modern sudah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, menjaga kestabilitas ekosistem, serta melestarikan hutan.

Golar menggarisbawahi bahwa menyeimbangkan konservasi keanekaragaman hayati berbasis mata pencaharian lokal bukanlah upaya mengarahkan masyarakat tradisional ke industri.

"Tidak (ingin mengarahkan ke industrialisasi). Kenapa? Karena banyak jalan menuju kemajuan. Ya, industrialisasi dalam konteks tadi skala yang sudah di hilir, saya kira tidak apa-apa, enggak masalah. Jadi, yang saya tekankan di sini adalah bagaimana keseimbangan itu tetap terjaga," tutur Golar.

Di sisi lain, terdapat sejumlah tantangan dalam memadukan kearifan lokal dan pengetahuan modern untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Pertama, biaya ekonomi dan investasi. Kedua, masa transisi yang panjang. Ketiga, skeptisme kualitas dan teknologi. Keempat, konflik internal.

"Hingga ke depan beberapa jurnal menunjukkan bahwa hasil dari sinergi ini memberikan kemanfaatan yang baik bagi masyarakat, juga bagi kawasan (Taman Nasional)," ucapnya.

Baca juga: Taman Nasional di Kenya Berbenah di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau