KOMPAS.com - Kelompok perlindungan satwa liar kini memiliki senjata baru yang ampuh melawan para penyelundup hewan.
Kelompok Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan (IFAW) baru-baru ini menggunakan kecerdasan buatan untuk mengungkap bukti tersembunyi penyelundupan hewan hidup yang salah satunya terjadi antara Afrika Tengah dan Timur Tengah.
Investigasi perdagangan satwa liar berbasis AI itu dilakukan menggunakan teknologi yang diciptakan oleh perusahaan Quantifind.
Terobosan ini menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat membantu menyelamatkan hewan yang terancam punah dari jaringan perdagangan ilegal serta menemukan informasi penting yang terlewat oleh metode tradisional.
Baca juga: Melihat Upaya Konservasi Tanaman dan Fauna Endemik Sulawesi di Taman Kehati Sawerigading Wallacea
Melansir Happy Eco News, Senin (29/9/2025) Platform Quantifind beroperasi dengan cara yang tidak sama dengan mesin pencari konvensional.
Fitur unggulan sistem ini adalah kemampuannya mengidentifikasi berbagai variasi ejaan dan nama.
Mengapa itu penting?
Pelaku kriminal sering memakai identitas fiktif atau sengaja memvariasikan penulisan nama untuk mengelabui penegak hukum.
Teknologi AI ini mampu mendeteksi perbedaan tersebut dan menautkannya kembali pada individu yang sama, bahkan dalam kasus di mana penyelidik manusia kesulitan menemukan keterkaitannya.
Perdagangan satwa hidup secara ilegal membawa risiko besar bagi kelestarian alam maupun kesehatan masyarakat.
Hewan-hewan yang ditangkap untuk dijual sering mengalami penyiksaan selama transportasi, dan tak jarang mati sebelum sampai ke tangan pembeli. Selain itu, hewan yang selamat berpotensi membawa dan menularkan penyakit kepada manusia atau satwa lain di tempat tujuan.
Di sisi lain metode penegakan hukum tradisional kesulitan mengimbangi jaringan perdagangan ilegal modern yang beroperasi lintas negara dan menggunakan teknologi canggih untuk menyembunyikan aktivitas mereka.
Para kriminal berkomunikasi melalui pesan terenkripsi, menggunakan identitas palsu, dan terus-menerus mengubah metode mereka untuk menghindari penangkapan.
Di sinilah teknologi AI menawarkan harapan baru untuk perlindungan satwa liar.
Sistem Quantifind dapat memproses sejumlah besar informasi hanya dalam hitungan menit, sesuatu yang akan membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan bagi penyelidik manusia untuk menyelesaikannya.
Sistem ini juga dapat mendeteksi pola dan hubungan yang mungkin terlewatkan oleh manusia, terutama saat berhadapan dengan jaringan kriminal internasional yang kompleks.
Baca juga: Aturan Terlalu Ketat, Taman Nasional Sulit Dukung Konservasi Berbasis Ekonomi Lokal
Kemitraan antara IFAW dan Quantifind sendiri merupakan tren yang berkembang dalam upaya konservasi
Sementara bBagi masyarakat umum, investigasi perdagangan satwa liar berbasis AI ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat membantu melindungi satwa liar yang sangat dipedulikan oleh banyak orang.
Setiap kali penyelidik menangkap pedagang satwa liar, mereka berpotensi menyelamatkan ratusan atau ribuan hewan dari penangkapan dan penjualan ilegal.
Mereka juga membantu melestarikan spesies yang seharusnya generasi mendatang memiliki kesempatan untuk melihatnya di habitat alami mereka.
Akhirnya, keberhasilan IFAW dengan perangkat investigasi bertenaga AI dapat mendorong organisasi konservasi lain untuk mengadopsi teknologi serupa, yang berpotensi menghasilkan lebih banyak penangkapan pelaku perdagangan satwa liar di seluruh dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya