KOMPAS.com - ASEAN berpeluang menghindari kerugian ekonomi hingga Rp 36,8 triliun pada tahun 2040 jika memperkuat sistem kelistrikan agar mampu mengikuti lonjakan permintaan energi dan pertumbuhan pesat energi terbarukan.
Menurut laporan lembaga riset energi Ember yang dirilis pada Selasa (14/10/2025), kawasan ini membutuhkan investasi sebesar Rp 64–171 triliun untuk membangun infrastruktur smart grid (jaringan listrik pintar) yang akan memodernisasi sistem energi di seluruh Asia Tenggara.
Dengan investasi minimal Rp 64 triliun, negara-negara ASEAN bisa memulai pembaruan mendasar seperti pemasangan smart meter dan sistem kendali otomatis, fondasi bagi jaringan listrik yang lebih tangguh.
Sementara jika investasi dimaksimalkan sampai Rp 171 triliun akan memungkinkan sistem listrik yang sepenuhnya modern, memaksimalkan potensi energi bersih lewat digitalisasi, penyimpanan energi, dan koneksi lintas negara.
Sebagian besar investasi dibutuhkan di negara dengan ekonomi besar seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina, di mana pemadaman listrik masih sering menimbulkan kerugian besar. Adapun Singapura dan Malaysia sudah melangkah lebih jauh dengan strategi jaringan digital mereka, memperlihatkan manfaat nyata dari transformasi cepat.
“Smart grid bukan lagi pilihan, melainkan tulang punggung masa depan energi bersih ASEAN," Alnie Demoral, analis energi Ember.
"Jaringan modern membuka potensi penuh energi terbarukan dan menempatkan ASEAN di garis depan ekonomi hijau global,” imbuhnya.
Baca juga: PBB Desak Pendanaan Bertanggung Jawab untuk Mineral Transisi Energi
Selain menghemat potensi kerugian ekonomi, smart grid juga dapat menciptakan 243.000 hingga 649.000 lapangan kerja baru, mencakup sektor teknik, konstruksi, teknologi informasi, hingga operasional jangka panjang.
Listrik yang lebih andal juga akan mengurangi ketergantungan pada genset diesel, menurunkan biaya rumah tangga, dan memperbaiki kualitas udara.
Untuk mempercepat pengembangan smart grid, pemerintah ASEAN perlu menyatukan standar, memperluas akses pembiayaan, dan memperkuat koordinasi regional.
“Kerja sama regional akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi penuh smart grid,” kata Carlos Kuriyama, Direktur Unit Dukungan Kebijakan APEC.
Senada dengan itu, Spencer Low, Kepala Regional Sustainability Asia Pasifik di Google, menambahkan, “Laporan ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor bisnis, dan pemimpin teknologi. Dengan memperkuat smart grid, ASEAN dapat meningkatkan keamanan energi, mempercepat integrasi energi terbarukan, dan menciptakan kondisi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan.”
Sementara Sharon Seah, Koordinator Program Perubahan Iklim Asia Tenggara di ISEAS–Yusof Ishak Institute, menegaskan:
“Jaringan energi modern dan smart grid menjadi dasar interkoneksi energi yang diimpikan ASEAN. Jaringan lama yang ada sekarang tidak akan mampu mendukung ambisi besar pembentukan ASEAN Power Grid. Laporan ini bukan hanya menunjukkan kebutuhan investasi, tetapi juga arah kebijakan strategis untuk membuka manfaat sosial ekonomi dari integrasi energi kawasan.”
Baca juga: ESDM : 110 Gedung Menghemat Energi 34 GWh, Turunkan Emisi 24.513 tCO2e
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya